Kenapa Dzikir mesti di-Talqin-kan?

admin111
admin111
5 Min Read

oleh: K.H. Luqman Kamil Ashiddiq, S.Pd.I.
(Wakil Talqin Syaikh Muhammad Abdul Gaos Saefulloh Maslul dari Cimahi)

Dalam perjalanan spiritual, istilah Talqin sering kali kita dengar, namun banyak yang belum memahami makna dan kedudukan sebenarnya, serta peran penting di baliknya. Talqin adalah proses pembimbingan dzikir oleh seorang Syekh Mursyid kepada muridnya. Wakil Talqin ada karena adanya ahli Talqin; ia tidak mentalqin, melainkan hanya menyampaikan talqin dari seorang ahli Talqin yang masih hidup. Apabila sang ahli Talqin telah wafat, maka tidak ada lagi istilah wakil Talqin, dan jika ada yang menyampaikan talqin tanpa guru yang hidup, talqin tersebut tidak akan memberikan manfaat. Pernah seorang guru menegaskan bahwa siapa yang menerima talqin sebelum 5 September 2011 tidak perlu mengulangnya, tetapi jika menerimanya pada 6 September 2011 atau setelahnya, ketika guru sudah tiada, maka wajib mengulang talqin tersebut.

Karena kedudukan talqin begitu penting, maka pertanyaan yang sering muncul kepada seorang ikhwan yang baru datang adalah, “Sudah talqin atau belum?” Hal ini karena talqin dianggap sebagai pintu pembuka jalan hidayah. Bahkan seorang pendosa yang tubuhnya penuh tato pun, ketika ingin bertobat, diberi pemahaman bahwa tato hanya berada di kulit, sedangkan kufur kepada الله dapat meresap hingga ke tulang, daging, dan darah. Di sinilah talqin hadir sebagai penawar hati yang lalai mengingat الله. Melalui talqin, seorang hamba diarahkan untuk berdzikir, yang menjadi bukti syafaat dan kasih sayang Allah, mengembalikan manusia kepada fitrahnya sebagaimana bayi yang baru lahir.

Keistimewaan ini tidak berhenti di dunia, tetapi berlanjut hingga akhirat. Mereka yang telah menerima talqin dan mengamalkan dzikir akan mendapatkan kedudukan istimewa. Di akhirat nanti, manusia terbagi menjadi tiga golongan: golongan kanan, golongan kiri, dan muqarrabun (yang didekatkan kepada الله). Golongan kanan dan kiri akan mengantri di alam barzakh, sedangkan mereka yang telah menerima talqin dan istiqamah berdzikir, dengan syafaat Syekh Mursyid, akan masuk golongan muqarrabun tanpa mengantri. Pernah diceritakan, seorang pengamal dzikir senior yang meninggal lalu hidup kembali mengatakan bahwa ia langsung dipersilakan masuk tanpa menunggu, berbeda dengan yang lain—sebuah isyarat betapa besarnya keberkahan talqin.

- Advertisement -

Lebih dari itu, umur rata-rata umat Nabi Muhammad ﷺ hanya sekitar 60–70 tahun, yang di sisi الله bagaikan satu setengah jam saja. Dengan waktu sesingkat itu, talqin menjadi bukti kasih sayang الله karena dengannya perjalanan hidup kita dipenuhi keberkahan. Itulah sebabnya ketika seorang ikhwan meninggal, bukan sekadar ucapan belasungkawa yang pantas diucapkan, tetapi rasa syukur karena ia telah memiliki tiga fasilitas utama: tempat pulang di alam berikutnya, pengantar menuju pulang, dan pengetahuan tentang jalan pulang.

Namun, keberkahan ini tidak lepas dari amalan yang terus mengalir. Rasulullah ﷺ mengajarkan bahwa amal yang tidak terputus setelah kematian adalah ilmu yang bermanfaat, sedekah jariah, dan doa anak saleh. Sedekah, sekecil apa pun, dapat menjadi penghalang malaikat maut bekerja. Karena itu, perbanyaklah sedekah dengan niat agar diberi rezeki dan terus dapat beramal, sehingga kehidupan dunia dan akhirat berjalan seimbang.

Para ulama tasawuf pun mengingatkan pentingnya bimbingan guru. Syekh Abdul Wahab Asy-Sya’rani berkata, walaupun seseorang membawa amal sebanyak manusia dan jin, jika tanpa bimbingan Syekh Mursyid, ia akan menghadap الله dengan dosa besar. Imam Abu Hasan Asy-Syadzili menambahkan, kelak akan ada orang yang membawa dosa besar tetapi tidak merasa berdosa; dosa itu adalah kelalaian hati (ghaflah), yaitu lupa kepada Allah. Talqin menjadi salah satu jalan untuk mengobati kelalaian ini, membimbing hati agar senantiasa berdzikir, menjaga hubungan dengan guru, dan memperbanyak sedekah. Dengan khidmat kepada semua amalan ini, perjalanan spiritual seorang hamba akan lebih cepat sampai pada tujuan.

Dalil Al-Qur’an yang menguatkan pentingnya berdzikir di antaranya:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا

“Wahai orang-orang yang beriman! Ingatlah kepada الله dengan mengingat-Nya sebanyak-banyaknya.” (QS. Al-Ahzab: 41)

الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ اللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

“Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat الله. Ingatlah, hanya dengan mengingat الله hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’d: 28)

Hadits Rasulullah ﷺ:

مَثَلُ الَّذِي يَذْكُرُ رَبَّهُ وَالَّذِي لَا يَذْكُرُهُ، مَثَلُ الْحَيِّ وَالْمَيِّتِ

“Perumpamaan orang yang mengingat Tuhannya dan orang yang tidak mengingat-Nya adalah seperti orang hidup dan orang mati.” (HR. Bukhari dan Muslim)

سَبَقَ الْمُفَرِّدُونَ، قَالُوا: وَمَا الْمُفَرِّدُونَ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: الذَّاكِرُونَ اللَّهَ كَثِيرًا وَالذَّاكِرَاتُ

“Telah mendahului (menuai kemenangan) orang-orang yang menyendiri.” Para sahabat bertanya, “Siapakah mereka wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Laki-laki dan perempuan yang banyak berdzikir kepada الله.” (HR. Muslim)

Disarikan dari: https://youtu.be/QWPbWt8Tpqs?si=UNRzaFRJeR-RoOIx

Share This Article
Leave a comment