MENELADANI SUNAH GURU: MEMBACA, MENGAJI, DAN MENYUCIKAN JIWA

admin111
admin111
7 Min Read

Oleh: K.H. Mahmud Jonsen Al Maghribi, M.Si.
(Wakil Talqin Syaikh Muhammad Abdul Gaos Saefulloh Maslul Ra Qs dari Kota Tanggerang)

Saya teringat perkataan Pangersa Abah: “Sampai habis kiainya, ilmu الله itu tidak akan pernah habis untuk dikupas, dipelajari, ditelaah, dan ditadabburi.” Alhamdulillah, Abah telah membuat tuntunan bagi kita semua melalui Kitab Faḍā’ilu al-Syuhūr. Kitab ini bukan hanya untuk para kiai, melainkan juga untuk para Ikhwan. Seperti yang pernah saya sampaikan di Madrasah Sirnarasa, kalau tidak bisa membaca bahasa Arabnya, bacalah terjemahannya. Kalaupun tidak sempat membaca, bawa saja kitabnya, karena itu adalah karāmah. Pangersa Abah bahkan pernah menepuk tangan dan menunjuk ke arah tumpukan buku, sambil berkata, “Ini semua adalah hasil membaca.” Masya الله. Jadi, jika kita ingin mengikuti sunah Guru Agung kita, Pangersa Abah, kita harus rajin membaca.

Kita sering melihat di samping Pangersa Abah banyak buku dan kitab. Di waktu-waktu tertentu, beliau membaca kitab. Intinya: membaca. Perintah pertama dalam al-Qur’an, wahyu الله, adalah:

ٱقْرَأْ

- Advertisement -

Iqra’ – “Bacalah.” (QS. Al-‘Alaq: 1)

Sabda Pangersa Abah, “Kalau menulis, sudah pasti membaca. Kalau membaca, belum tentu menulis.” Nah, jika kita ingin mengikuti sunah beliau—yang juga sangat produktif dalam menulis buku dan kitab—semoga kita diberi kemampuan untuk melakukannya. Kalaupun tidak bisa membaca, kita bisa:

سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا

“Sami‘nā wa aṭa‘nā” – “Kami mendengar dan kami taat.” (QS. Al-Baqarah: 285)

Ada berbagai tipe manusia dalam belajar. Ada yang visual, senang melihat. Ada yang audiometrik, senang mendengar. Ada juga yang kinestetik, senang merasa. Pendekatan dakwah pun harus disesuaikan. Kita bisa mendeteksi tipe seseorang dari cara bicaranya. Jika sering menggunakan frasa “saya lihat,” itu berarti ia visual. Jika “saya dengar,” ia cenderung audio. Jika “saya rasa,” ia kinestetik. Maka metode dakwah pun harus mampu menjangkau mereka yang dominan otak kiri maupun otak kanan.

Kita semua adalah pendakwah. Salah satu tugas utama dalam Islam adalah dakwah. Tugas ini tidak hanya diemban oleh kiai atau ustaz, tetapi oleh kita semua. Di sinilah pentingnya fikih dakwah, yaitu bagaimana cara berdakwah secara efektif dan efisien. Metode pengajian anti-gempa yang telah diwariskan oleh Pangersa Abah sejak dahulu merupakan metode yang paling lengkap. Tidak ada pengajian sebaik manāqiban yang diadakan di Pondok Pesantren Suryalaya Sirnarasa PPKN. Semuanya lengkap: ada makanan dan minuman, membaca al-Qur’an, sholawat, Dzikir, Tanbīh, Tawassul, hikmah ilmiah, dan ṭalabul ‘ilm.

Hadirin Ikhwan wal Akhawāt raḥimakumullāh, di dalam bulan Ṣafar, huruf pertamanya adalah “Ṣād” yang bermakna ṣhafaul al-qalb atau kebersihan hati. Hati adalah unsur rohani dalam diri manusia yang menentukan segala amal perbuatan. Jika hati baik, baik pula perbuatannya. Nabi Muhammad ﷺ bersabda:

أَلَا وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً، إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ

“Ketahuilah, sesungguhnya di dalam jasad ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baiklah seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusaklah seluruh jasad. Ketahuilah, ia adalah hati.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Kita manusia diciptakan oleh الله dari unsur jasad dan ruh. Jika jasad tanpa ruh, maka tidak bisa berbuat apa-apa—itulah mayat. Sebaliknya, jika ada ruh tanpa jasad, tidak ada yang bisa dikerjakan. Padahal tujuan الله menciptakan manusia adalah:

وَمَا خَلَقْتُ ٱلْجِنَّ وَٱلْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

“Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka menyembah-Ku.” (QS. Az-Zariyat: 56)

Maka kita akan mempertanggungjawabkan setiap amal perbuatan selama hidup di dunia. الله berfirman dalam:

سورة المؤمنون: ١٤
ثُمَّ أَنشَأْنَـٰهُ خَلْقًا ءَاخَرَ ۚ فَتَبَارَكَ ٱللَّهُ أَحْسَنُ ٱلْخَـٰلِقِينَ

“Kemudian Kami membentuknya menjadi makhluk yang lain. Maka Maha Suci Allah, Pencipta yang paling baik.”

Setelah dijelaskan tahapan embriologi dalam Al-Qur’an, Rasulullah ﷺ bersabda:

إِنَّ أَحَدَكُمْ يُجْمَعُ خَلْقُهُ فِي بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِينَ يَوْمًا نُطْفَةً، ثُمَّ يَكُونُ عَلَقَةً، ثُمَّ يَكُونُ مُضْغَةً، ثُمَّ يُرْسَلُ إِلَيْهِ الْمَلَكُ فَيَنْفُخُ فِيهِ الرُّوحَ، وَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ: بِكَتْبِ رِزْقِهِ، وَأَجَلِهِ، وَعَمَلِهِ، وَشَقِيٌّ أَوْ سَعِيدٌ

“Sesungguhnya penciptaan salah seorang dari kalian dikumpulkan di dalam perut ibunya selama 40 hari berupa nutfah, lalu menjadi ‘alaqah, kemudian mudghah. Lalu malaikat diutus kepadanya dan meniupkan ruh padanya, serta diperintahkan mencatat empat hal: rezekinya, ajalnya, amalnya, dan apakah ia celaka atau bahagia.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Allah juga berfirman dalam:

سورة ص: ٧٢
فَإِذَا سَوَّيْتُهُ وَنَفَخْتُ فِيهِ مِن رُّوحِي فَقَعُوا۟ لَهُ سَـٰجِدِينَ

“Maka apabila telah Aku sempurnakan kejadiannya dan Aku tiupkan ke dalamnya ruh-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud.”

الله pun mengajak manusia berdialog dalam perjanjian azali:

أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ ۖ قَالُوا۟ بَلَىٰ شَهِدْنَا

“Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab, “Betul, kami menjadi saksi.” (QS. Al-A‘raf: 172)

Hal ini agar di hari kiamat, kita tidak bisa mengingkari perjanjian itu. Oleh karena itu, penting sekali bagi kita untuk membersihkan jiwa, agar hati kita senantiasa bersih. Dengan hati yang bersih, ucapan dan perbuatan akan menjadi baik. Akan muncul akhlak yang mulia: kasih sayang, kesabaran, pemaafan, kemurahan hati, hormat kepada yang tua, dan perhatian kepada yang muda. Kita pun akan menjadi raḥmatan lil ‘ālamīn.

الله berfirman:

قَدْ أَفْلَحَ مَن زَكَّاهَا، وَقَدْ خَابَ مَن دَسَّاهَا

“Sungguh beruntung orang yang menyucikan jiwanya, dan sungguh rugi orang yang mengotorinya.” (QS. Asy-Syams: 9–10)

Bagaimana cara membersihkan jiwa itu? Rasulullah ﷺ bersabda:

إِنَّ لِكُلِّ شَيْءٍ صَقَالَةً، وَإِنَّ صَقَالَةَ الْقُلُوبِ ذِكْرُ اللَّهِ

“Setiap sesuatu itu ada pembersihnya, dan pembersih hati adalah zikir kepada Allah.” (HR. Baihaqi)

Allah juga berfirman:

يَـٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ قَدْ جَآءَتْكُم مَّوْعِظَةٌۭ مِّن رَّبِّكُمْ وَشِفَآءٌۭ لِمَا فِى ٱلصُّدُورِ وَهُدًۭى وَرَحْمَةٌۭ لِّلْمُؤْمِنِينَ

“Wahai manusia, sungguh telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu, penyembuh bagi penyakit yang ada di dalam dada, dan petunjuk serta rahmat bagi orang yang beriman.” (QS. Yunus: 57)

Disarikan dari: https://youtu.be/JJ9dvVndVAM?si=NTbVeCO_tgKklv0j

Share This Article
Leave a comment