Oleh: K.H. Budi Rahman Hakim Al Amiin, MSW., Ph.D. (Abah Jagat Al Khoolish)
(Doktor bidang ilmu Tashowwuf dan Thoriqoh dari Tillburg University School of humanities and digital sciences)
AULIA الله ialah manusia-manusia pilihan yang setiap gerak hidupnya sudah ber-LAA ILAAHA ILLALLOH. Penjaringan awal masuk dalam area kewalian [الولية] ialah melalui Talqin Dzikir dari Ahlut Talqin, Wali الله yang terpilih [ولي المرشد] mendapat kuasa ruhani dari-NYA untuk melakukannya [اهل السلسلة].
Ketika seseorang masuk dalam penjaringan Talqin Dzikir [من يشاء] maka pilihan terbuka bagi siapapun untuk terus me-LAA ILAAHA ILLALLOH-kan diri. Yaitu, mempersilakan LAA ILAAHA ILLALLOH merasuk ke dalam raganya, menyatu dalam sukmanya dan menjiwa dalam setiap gerak hidupnya.
Tanda seseorang sudah di tahap itu maka ciri-cirinya antara lain seperti digambarkan dalam al-Qur’an Surat Yunus ayat 62:
أَلَآ إِنَّ أَوْلِيَآءَ ٱللَّهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ
Sedikitnya ada dua ciri Aulia: 1) Tidak ada yang ia takuti kecuali ALLOH [لا خوف الا الله]; 2) Tiada kesedihan dalam hidupnya sepahit dan seburuk apapun kondisinya; tidak ada seorang pun atau tidak ada apapun-keadaan apapun yang bisa membuatnya bersedih; sebaliknya ia slalu bahagia –di sini senang di sana senang di mana-mana senang.
Mengapa? Karena الله telah bersamanya, tenggelam dalam lautan cinta-NYA [ محبة الله]. Inilah seorang yang masuk dalam kategori seperti diilustrasikan dalam hadits Nabi Shollallohu ‘alaihi wasallam: من كان مع الله –Seseorang yang keadaannya telah bersama الله
Lalu bagaimana agar لا اله الا الله menjiwa-meragasukma dalam diri-diri yang sudah ber-talqin?
Tiada lain caranya dengan merasukkan LAA ILAAHA ILLALOH ke dalam ingatan kita. Dari ingatan rasukkan LAA ILAAHA ILLALLOH ke dalam pikiran [conscious mind]. Dari pikiran rasukkan LAA ILAAHA ILLALLOH ke perasaan [subconsious mind]. Dari perasaan LAA ILAHA ILLALLOH akan merasuk ke kejiwaan [soul]. Dari kejiwaan LAA ILAAHA ILLALLOH menjelma ke perkataan dan perbuatan. Untuk itu semua maka caranya tak lain dengan meng-istiqomah-kan dzikirnya: banyak bilangannya, keras suaranya, terarah pukulannya, kompak irama dzikir jahar-dzikir khofi-nya.
Ketika LAA ILAAHA ILLALLOH sudah menjiwa itu tanda telah menyatunya LAA ILAAHA ILLALLOH ke dalam raga-nyawa-rasa-nya, ke dalam tiga lapis ruh, menyebar ke 7 lathifah [لطاءف] lalu menyeimbangkan unsur ka-Adam-an, ka-Muhammad-an dan ka-الله-an dalam dirinya.
Ketika semua hal di atas terjadi, sekali lagi ketika LAA ILAAHA ILLALLOH sudah menjiwa-meragasukma, maka ia akan dijiwai LAA ILAAHA ILLALLOH. Adapun ciri-cirinya: ia slalu baik prasangkanya, berbudi pekerti perangai ucapan-tindakannya, senantiasa memberi manfaat hidupnya, dan slalu menebar cinta serta kasih sayang.
Semoga الله berkahi kita kemampuan menjiwai dan dijiwai LAA ILAAHA ILLALLOH, bikaromah Pangersa Abah al Faatihah. Aamiin.
Salam Tauhid,