Kaum Sufi lebih banyak Dzikir tinimbang do’a. Dzikir itu syukur, do’a itu minta. Jadi, kaum Sufi lebih banyak ‘mensyukuri yang ada’ tinimbang ‘meminta yang belum ada’.
Mensyukuri yang ada ‘akan mendatangkan yang tidak ada, yang belum ada,’ begitulah Taujihat Hadrotus Syeikh al Qoodiri an Naqshabandi. Sementara, meminta yang belum ada ‘bila tak kunjung meng-ada bisa membuat kecewa’ karena tak mampu berberbaik sangka pada-NYA.
Bagi kita yang sedang belajar Dzikir, Dzikir itu latihan jiwa [رياضة] untuk diam, untuk tidak banyak permintaan: “memberi tahu” ALLOH tentang apa yang terbaik untuk hidup kita.
Sungguh, ALLOH yang Maha Tahu, sudah menyiapkan, sudah menetapkan dan terlebih lagi mengetahui apa yang terbaik terjadi; kapan waktu terbaik terjadi, dalam hidup kita.
Oleh karenanya cukup percaya dan berbaik sangka saja pada-NYA. Cukupkan dengan memperbanyak dzikir saja, memuji-NYA, menyanjung-NYA, mengagungkan-NYA.
Belajar diam dan belajar pasrah sumerah dengan apapun pemberian-NYA, dari-NYA oleh-NYA [قل كل من عند الله]. Semua yang dari-NYA Yang Maha Baik pasti baik bahkan terbaik untuk kita.
Jalani hidup semestinya, nikmati semuanya bahkan syukuri setiap perjalanan hidup kita maka bahagia di sepanjangnya.
Salam syukur,
AL KHOOLISH