NGAJI TENTANG HATI: KENAPA JANGAN MENGGANGGU ORANG BAIK

admin111
admin111
8 Min Read

Oleh : K.H. Budi Rahman Hakim., MSW., Ph.d.,
(19 Juni 2019)

Jangan mengganggu orang baik dan jangan melawan kebaikan. Ketahuilah, saat orang berbuat baik, apalagi jadi orang baik, Alloh Yang Maha Baik sedang bersamanya, berdasarkan Firman-Nya:

وَا لَّذِيْنَ جَاهَدُوْا فِيْنَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا  ۗ وَاِ نَّ اللّٰهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِيْنَ

“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, Kami akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sungguh, Alloh beserta orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-‘Ankabut 29: Ayat 69)

- Advertisement -

Begitupula kebaikan, karena kebaikan itu “perwujudan” Alloh di bumi. Mengganggu dan apalagi melawan kebaikan artinya mengganggu sekaligus melawan Alloh ‘Azza Wajalla. Dan Alloh Jalla Jalaluh punya cara ‘misterius’ menghancurkan siapa saja hamba yang mengganggu apalagi melawan-Nya.

Sejarah manusia telah menjadi saksi banyak peristiwa tragis tentang itu. Baik individu-individu maupun sebuah bangsa yang mengganggu dan melawan kebaikan dengan sekejap mata dibinasakan-Nya. Hati-hati terhadap orang baik yang banyak kebaikannya. Berlaku dan perlakukan baik. Cintai orang baik, jangan lukai orang baik.

Cari dan bersamakan diri dengan orang baik yang cinta kebaikan. Membersamakan diri dan mencintainya, maka kita akan tertulari virus kebaikan. Nur Alloh berpindah menjalari diri kita. Hadrotus Syaikh Pangersa Abah Aos pernah menyampaikan, “Ruh itu sepeprti angin. (jika) Angin melewati tempat wangi, ia ikut terbawa wangi. (jika) Angin melewati tempat bau, ia ikut terbawa bau.” Syaikh Ahmad Shohibul Wafa Ta’jul Arifin dalam Kitab Miftahusshudur, menjelaskan bahwa :

فَإِنَّ الْاَرْوَاحَ يَسْقِيْ بَعْضُهَا بَعْضًا، كَمَا سَمِعْتُ ذٰلِكَ سَيِّدِيْ الشَّيْخُ، وَ وَجَدْتُ بِا لتَّجَرُّبَةِ الْعَمَلِيَّةِ الَّتِيْ دَلَّتْنِيْ عَلٰى اَنَّ الْغَفْلَةَ تَكُوْنُ مِنْ اَهْلِ الْغَفْلَةِ، وَالْحُضُوْرِ  مَعَ اَهْلِ الْحُضُوْرِ.

“Ruh-ruh itu saling memberi minuman (ruhani) satu sama lain sebagimana saya dengar dari Sayyid Syaikh saya dan saya dapatkan kebenaran hal itu dan pengalaman praktis yang menunjukkan kepada saya bahwa lalai itu bersama orang-orang lalai, dan kehadiran hati bersama orang-orang yang dapat menghadirkan hati saat berdzikir.”

Lihatlah di sekitar kita, bila tak menjumpainya, jadilah orang baik yang selalu jadi perindu dan pecinta kebaikan. Yaitu, jadi orang yang selalu iri melihat orang yang baik dan rajin berbuat baik. Ya, inilah iri yang baik, karena selalu tak mau ketinggalan orang lain dalam urusan kebaikan. Maunya ikutan bahkan selalu ingin jadi yang terdepan dalam melakukan kebaikan.

Temani orang baik dan jadi orang baiklah yang istiqomah dalam kebaikan. Sebab, sekali lagi, Alloh sedang dan selalu bersama orang baik. Jadi orang baik itu banyak tantangannya. Melakukan kebaikan juga banyak penghalangannya. Selalu saja ada pemaling hati dari sesuatu yang baik, pemberat raga menunaikan kebaikan, dan pencegah diri melakukan yang terbaik.

Kebaikan itu liar, sabda Guru-guru Sufi. Susah ditaklukkan, tidak mudah dijinakkan kalau tidak tahu ilmunya. Kebaikan itu selalu menjauh, ada saja yang menjauhkannya. Untuk menjinakannya pangersa Abah Pernah Menyampaikan, “Dzikrulloh itu adalah alat penjinak Yang liar (Anisul-Mutawaahisy). Kebaikan itu liar, kita suka susah Sekali melakukannya. Ada saja yang Membuat kebaikan itu lari, lepas Menjauh dari kita. Dengan dzikir kebaikan Akan jinak. Kita akan jadi seorang yang Ringan melakukan kebaikan.”

Kebaikan itu kehendaknya bersarang di dalam hati. Hati itu desain awalnya selalu baik, yang membisik bahkan memerintahkan seluruh anggota badan untuk berbuat baik. Tapi banyak yang karena kegelapan dan kekerasan hatinya, berkehendak untuk berbuat baik saja, apalagi jadi orang baik, tidak bisa. Hatinya sudah tersaput jelaga, mengeras lebih keras dari batu. Inilah hati yang mati, menghitam dengan noda-noda penyakit.

ثُمَّ قَسَتْ قُلُوْبُكُمْ مِّنْۢ بَعْدِ ذٰلِكَ فَهِيَ كَا لْحِجَا رَةِ اَوْ اَشَدُّ قَسْوَةً …..

“Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras sehingga (hatimu) seperti batu, bahkan lebih keras.” (Qs. Al Baqorah ayat 74)

Hati yang sudah membusuk ini perlu segera ditangani ‘dokter ahli’. Tapi masalahnya banyak yang tidak menyadari, tidak mengakui, dan enggan untuk pergi mengobati hatinya yang sudah rusak itu. Karena watak orang yang berpenyakit hati, memang sering tidak bisa merasakan dirinya sedang sakit, bermasalah. Hanya orang lain yang justru merasakan. Orang lain merasakan karena orang yang tak berfungsi hatinya terdeteksi dari ucapannya yang kotor, suka menghina, memfitnah. Tindakanya dzalim, menyakiti orang lain, dan sering tidak berperikemanusiaan.

Hati yang mengalami disfungsi ini sungguh bisa disembuhkan. Oleh Ahli-nya. Mereka adalah orang-orang yang hatinya super sehat, bercahaya, dan hidup, karena selalu bersama yang Maha Hidup. Hati-nya super baik karena hatinya dipenuhi, diluapi nama, sifat dan Dzat Yang Maha Baik. Mereka sengaja diutus di setiap masa untuk menyembuhkan orang-orang yang mengalami “gagal hati”. Cari, temui, dan bersamakan diri dengan “dokter spesialis” hati ini. Jaga hati tetap sehat bersamanya. Bagi yang merasa sakit, mintalah penawar hati dari mereka.

“Dokter spesialis” ini memiliki keahlian dalam membantu orang-orang untuk menjadi orang baik. karena, Menjadi orang baik itu berat, susah, dan kebaikan itu sendiri liar, bagi orang-orang yang hatinya disfungsi. Para pelaku kejahatan, kekejian, dan tidak berperikemanusiaan itu, sekali lagi, adalah orang-orang mengalami “gagal hati”. Fakta sebaliknya ialah, bagi orang yang hatinya sehat, hidup, dan berfungsi, jadi orang baik itu ringan lagi menyenangkan. Kebaikan itu jinak.

Hati sebagai raja bagi seluruh anggota tubuh harus sehat, mengapa, karena dari sana lah keluar perintah-perintah sekaligus suntikan kekuatan bagi anggota tubuh untuk bergerak mengerjakan apapun titah sang raja. Oleh karenanya sang raja harus diisi, dikuasai, dikendalikan oleh raja di raja, kekuatan di atas kekuatan, sumber segala kekuatan dan kekuasaan, yaitu Yang Maha Kuat, Yang Maha Berkuasa.

Tiada caranya agar hati bekerja demikian kecuali hatinya terinstalasi listrik spiritual Maha Dahsyat dari yang orang hatinya sudah diliputi cahaya di atas cahaya, yang merupakan sumber kehidupan Yang Maha Hidup dan menghidupkan. Setelah hati teraliri listrik kehidupan maka jangan pernah ter-disconnect lagi. Terus hidupkan hatinya agar terus terang terus terang.

Hidupkan, sehatkan hati dengan terus mengisi setiap sudut-sudut ruang hati dengan cara mengingat-Nya. Mengingat-Nya dengan menyebut-Nya di mulut, dan dengan mengingat-Nya di dalam hati. Semakin banyak, semakin sering, semakin dawam, semakin baik, semakin menyehatkan, semakin menghidupkan. Alloh Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اذْكُرُوْا اللّٰهَ ذِكْرًا كَثِيْرًا ۙ

“Wahai orang-orang yang beriman! Ingatlah kepada Alloh, dengan mengingat (nama-Nya) sebanyak-banyaknya,” (QS. Al-Ahzab 33: Ayat 41)

Juga Dalam Firman-Nya:

وَا ذْكُرْ رَّبَّكَ فِيْ نَفْسِكَ تَضَرُّعًا وَّخِيْفَةً وَّدُوْنَ الْجَـهْرِ مِنَ الْقَوْلِ بِا لْغُدُوِّ وَا لْاٰ صَا لِ وَلَا تَكُنْ مِّنَ الْغٰفِلِيْنَ

“Dan ingatlah Tuhanmu dalam hatimu dengan rendah hati dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, pada waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lengah.” (QS. Al-A’raf 7: Ayat 205)

Kalau hatinya baik, sehat, dan hidup, maka jadi baik itu mudah. Dengan bahagia ia menjadi perindu-pecinta kebaikan, kapan dan di manapun. Mengapa, karena Yang Maha Baik telah bersarang di hatinya. Hatinya sudah jadi Rumah tinggal Alloh ‘Azza Wajalla. Ya, hatinya sudah menjadi Baitulloh. Kalau hati sudah jadi Baitulloh, maka penghuni-Nya lah yang akan menjamin segalanya semuanya selamanya. DIA-lah yang akan menjamin kemakmuran, kesentosaan, dan kemanan hati yang telah dipilih-Nya menjadi tempat kediaman-Nya.

Share This Article
Leave a comment