Oleh : K.H. Budi Rahman Hakim MSW., Ph.D.,
(Ketua Penasehat MTQN Suryalaya Sirnarasa)
17 Juli 2019
Alloh Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
اِذْ يَتَلَقَّى الْمُتَلَقِّيٰنِ عَنِ الْيَمِيْنِ وَعَنِ الشِّمَا لِ قَعِيْدٌ
“(lngatlah) ketika dua malaikat mencatat (perbuatannya), yang satu duduk di sebelah kanan dan yang lain di sebelah kiri.” (QS. Qaf 50: Ayat 17)
Pada akhirnya semua manusia akan mempertanggungjawabkan catatan. Catatan perjalanan hidup dimulai dari Baligh hingga tutup usia dunia. Daftar panjang catatan tentang bagaimana seorang manusia menghabiskan setiap detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, dan tahunnya. Catatan itu seperti jejak-jejak cyber di era digital. Merekam setiap detil ucapan dan tindakan manusia.
Tuan Syaikh berkata, fokus malaikat pencatat itu bukan pada apa yang tampak dalam gerak jasad seseorang, melainkan, gerak hatinya. Gerak hatinyalah yang dicatat. Baik gerak sejak di ke dalaman hati-nya, maupun gerak hati yang termanifestasi dalam ucapan dan tindakan lahirnya. Gerak hati inilah yang menentukan kualitas ucapan dan perbuatan seorang hamba. Bahkan, gerak hati ini pula yang menjadi faktor bernilai Ibadah Ikhlas atau tidak di hadapan-Nya. Nabi Muhammad Shollallohu ‘Alaihi Wassalam bersabda :
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « إِنَّ اللَّهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ ». رواه مسلم
“Dari Abu Hurairah berkata, Rasululloh saw. Bersabda: ‘Sesungguhnya Alloh tidak melihat fisik dan harta kalian tetapi Ia melihat hati dan amal kalian’.” (HR. Muslim)
Gerak hati yang mana-kah yang dicatat itu?
Yaitu, gerak hati yang ada dan hanya mengingat nama-Nya, Rajanya Nama [Ism al-A’dzom], Satu Nama yang merangkum, menyimpul, dan mewakili seluruh nama-nama-Nya [Ism al-Jaami’], satu nama yang tak pernah terpisah dengan Dzat-Nya. Yaitu, gerak hati Dzikrulloh yang selalu mengiringi lisan dan atau perbuatannya.
Perihal Gerak hati, Pangersa Abah pernah menyampaikan, “Hati-hati mencintai : benda, manusia, atau pekerjaan. Porsi cinta terhadap semua (itu) tidak boleh melebihi porsi cinta kepada Alloh. Sama porsi saja, 50-50, kita sudah jatuh menyekutukan Alloh (syirik], karena kita sudah mensejajarkan Alloh dengan yang lainnya, kita sudah berani membuat tandingan Alloh (andai ada). Misalnya, sibuk di tempat pekerjaan (sawah, kantor, atau pasar) selama 4 jam lalu kita menunaikan sholat cuma 5 menit, kita sudah Syirik. Sekali lagi, sama jumlah waktu yang kita habiskan antara Alloh dengan yang lainnya saja sudah Syirik, apalagi melebihi. Berdasarkan QS 2:165, seorang ber-IMAN, yang punya IMAN, amat sangat mencintai Alloh melebihi yang lain-nya (asyaddu hubban lillah). Bersyukur kita sudah punya amalan Yang telah menjadikan setiap detik Waktu kita, ‘ingat-diingat-bersama’ Alloh. Dengan Dzikir (Khof), apapun Pekerjaan atau kesibukan kita, menjadi Ibadah (awqootuna kulluhaa ibadah). Tanda seorang mencinta, ia banyak Mengingat yang dicinta (man ahabba Syai’an faqod aktsaro dzikrohu]. Dan, Ketahuilah, tatkala kita mencinta, kita Selalu bersama yang dicinta (al-maru Ma’a man ahabbahu). Mencintai Alloh Bersama Alloh”
Haturmilyun Nuhun kepada Guru Sufi Agung yang telah menggerakkan hati ini agar senantiasa ingat, diingat dan bersama-Nya. Gerak hati yang menaikkan kedudukan hamba menjadi seorang Ahli Makrifat serta kekasih-Nya yang utama.