Oleh: K.H. Mahmud Jonsen Al Maghribi, M.Si.
(Wakil Talqin Pangersa ABAH AOS dari Tanggerang)
Segi eksistensi/perwujudan amalan Thoriqoh bertujuan melaksanakan Syari’at Islam secara keseluruhan, tertib dan teratur serta teguh di atas norma-norma yang dikehendaki الله serta Rasul-Nya. Kita singkap thoriqoh berlandaskan pada Firman الله dalam Al-Qur’an yang berbunyi sebagai berikut :
وَّاَنْ لَّوِ اسْتَقَامُوْا عَلَى الطَّرِيْقَةِ لَاَسْقَيْنٰهُمْ مَّاۤءً غَدَقًاۙ
“Dan bahwasanya: jikalau mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu (agama Islam), benar-benar Kami akan memberi minum kepada mereka air yang segar (rezki yang banyak).” (QS. Al-Jin : 16)
وَّاَنَّا ظَنَنَّآ اَنْ لَّنْ نُّعْجِزَ اللّٰهَ فِى الْاَرْضِ وَلَنْ نُّعْجِزَهٗ هَرَبًاۖ
“Dan sesungguhnya di antara kami ada orang-orang yang saleh dan di antara kami ada (pula) yang tidak demikian halnya. Adalah kami menempuh jalan yang berbeda-beda.” (QS. Al-Jin : 11).
يَّهْدِيْ بِهِ اللّٰهُ مَنِ اتَّبَعَ رِضْوَانَهٗ سُبُلَ السَّلٰمِ وَيُخْرِجُهُمْ مِّنَ الظُّلُمٰتِ اِلَى النُّوْرِ بِاِذْنِهٖ وَيَهْدِيْهِمْ اِلٰى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيْمٍ ١٦
“Dengan kitab itulah الله menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) الله mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus.” (QS. Al-Maidah : 16).
رَبُّ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَ فَاتَّخِذْهُ وَكِيْلًا ٩
“(Dia-lah) Tuhan masyrik dan maghrib, tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, maka ambillah Dia sebagai pelindung.” (QS. Al-Muzzammil : 9).
Ayat tersebut di atas oleh para Ulama Tasawuf dijadikan pegangan hukum dalam melaksanakan pengamalan ajaran Thoriqoh. Karena dengan mengamalkan Thoriqoh akan dapat diperoleh tujuan melaksanakan Syari’at Islam yang sebenarnya (terpadu ibadat jasad, nyawa dan rasa) yang dimaksud untuk tetap senatiasa berdzikir dan bertasbih dengan menyebut nama الله sebanyak-banyaknya baik pada waktu pagi dan petang. Dari segi materi pokok amalan Thoriqoh yang berupa wirid Dzikir, baik yang dilakukan secara mula-zamah yakni secara terus menerus, ataupun yang dilakukan secara mukhalafah maksudnya menhindarakan diri dari segala sesuatu yang dapat membawa lupa kepada الله swt.
Hal ini dinyatakan الله melalui salah satu Firman-Nya :
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اذْكُرُوا اللّٰهَ ذِكْرًا كَثِيْرًاۙ
“Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) الله, zikir yang sebanyak-banyaknya.” (QS. Al-Ahzab : 41)
وَّسَبِّحُوْهُ بُكْرَةً وَّاَصِيْلًا
“Dan bertasbihlah kepada-Nya diwaktu pagi dan petang.” (QS. Al-Ahzab :42)
Berdasarkan bunyi ayat ini maka jelas bahwa الله telah memerintahkan kepada sekalian manusia yang beriman untuk tetap senatiasa “Berdzikir dan Bertasbih” dengan menyebut nama الله sebanyak-banyaknya baik waktu pagi dan petang, siang ataupun malam, selama hayat masih dikandung badan, guna memohon ampun kepada-Nya. Sebab manusia tidak bisa terlepas dari dosa dan noda, baik ucapan maupun perbuatan sering melangar larangan الله. Dijelaskan dalam Firman-Nya :
وَالَّذِيْنَ اِذَا فَعَلُوْا فَاحِشَةً اَوْ ظَلَمُوْٓا اَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللّٰهَ فَاسْتَغْفَرُوْا لِذُنُوْبِهِمْۗ وَمَنْ يَّغْفِرُ الذُّنُوْبَ اِلَّا اللّٰهُۗ وَلَمْ يُصِرُّوْا عَلٰى مَا فَعَلُوْا وَهُمْ يَعْلَمُوْنَ
“Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan الله, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada الله? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.” (QS. Ali-Imron : 135).
Berdzikir itu mengharapka ridho serta ampunan الله swt. Segala kesalahannya akan diampuni-Nya apabila cepat-cepat mohon ampun dan bertaubat. Karena orang yang baik, bukanlah orang yang tidak pernah berbuat salah, tetapi orang yang baik adalah yang sanggup memperbaiki dirinya dari segala kesalahan yang pernah dilakukannya.
Senin, 28 Januari 2013