Dzikir, Ketika Benci Jadi Cinta

admin111
admin111
4 Min Read

#RefleksiSufi

Oleh: Al Khoolishul Aamiin

DZIKIR adalah bahasa hati yang di dalam kamusnya hanya mengenal diksi cinta. Ia diambil dari nama-nama Tuhan yang indah dan penuh cinta. Dengan demikian, siapa yang berdzikir maka hati yang kotor penuh karat kebencian dan iri dengki menjadi jadi hati yang bersih dan dipenuhi cinta.

Ketika lisan seorang pembenci banyak menyebut dan mengingatNYA, ia akan menyaksikan sekaligus merasakan kebenciannya di hatinya itu luruh sedikit demi sedikit, seperti es yang meleleh oleh panas matahari. Dengan istiqomah dzikir, seorang hamba akan hidup mencinta slalu dipenuhi cinta hingga ia slalu mengasihi tanpa syarat dan senantiasa memaafkan tanpa menunggu permintaan maaf.

- Advertisement -

Nabi Muhammad Shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda:

إِنَّ اللَّهَ يَقُولُ: أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي، وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِي، فَإِنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ فِي نَفْسِي، وَإِنْ ذَكَرَنِي فِي مَلَإٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلَإٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ

“الله berfirman: Aku bersama hamba-Ku ketika ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku dalam dirinya, Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku. Jika ia mengingat-Ku di tengah orang banyak, Aku akan mengingatnya di tengah makhluk yang lebih baik dari mereka.” (HR. Al-Bukhari, no. 7405; Muslim, no. 2675)

Ketika dzikir meliputi hati, الله mendekatkan bahkan membersamakan diri-Nya kepada hamba tersebut lalu mengisi hatinya hanya dengan cinta-Nya. Dalam cinta itulah, seorang hamba menemukan kebahagiaan sejati. Kebencian, iri, dan dengki yang sebelumnya menguasai akan terasa begitu asing, sebab hati yang penuh cinta tak menyisakan ruang sedikit pun bagi kebencian.

Dalam kitab Ihya’ Ulumuddin karya Imam Al-Ghazali (Juz 4, halaman 392), ia menulis: “Hati yang terbiasa dengan dzikir akan dipenuhi cinta kepada-Nya, dan cinta itu akan terpancar kepada seluruh makhluk-Nya.”

Ungkapan senada disampaikan Tuan Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani dalam Al-Ghunya (Juz 1, halaman 88), “Dzikir adalah makanan ruh dan obat hati. Siapa yang merasakan manisnya dzikir, ia akan mencintai الله, dan cinta itu akan mencairkan kebencian yang pernah ia miliki.”

Dalam Risalah Qusyairiyah (halaman 58), Imam Al-Qusyairi lebih dalam menuturkan, “Dzikir yang tulus mengangkat hati dari kubangan sifat buruk menuju sifat-sifat mulia. Seorang yang membenci akan belajar mencintai, sebab ia melihat semua makhluk sebagai ciptaan yang الله cintai.”

Sebaliknya, hati yang jarang berdzikir adalah hati yang kering. Ia mudah retak bahkan hancur oleh iri, dengki, dan kebencian. Imam Ibnu Qayyim Al-Jawziyyah dalam Madarij As-Salikin (Juz 1, halaman 449) menandaskan soal ini: “Hati yang jauh dari dzikir adalah hati yang gelap dan lemah, mudah dihuni oleh kebencian. Maka dzikir adalah penyembuh dan penjaga dari sifat-sifat buruk.”

Di atas segalanya, dzikir adalah terapi jiwa. Ia membawa hamba dari jurang kebencian menuju puncak cinta. Dzikir membasuh hati dari kotoran iri dan dengki, menggantikannya dengan rasa cinta dan kasih yang meluas kepada seluruh ciptaan. Semakin istiqomah dzikirnya, semakin cinta ia kepada kehidupan, dan semakin bahagia ia menjalani hari-harinya. Namun, ketika dzikir ditinggalkan, hati menjadi rentan. Kebencian, iri, dan dengki mudah merajai. Hidupnya jadi terasa berat, sebab jiwa tak pernah menemukan kedamaian.

Mari kita sama-sama memanjatkan do’a:

اللَّهُمَّ اجْعَلْنَا مِنَ الذَّاكِرِينَ لَكَ كَثِيرًا، وَاغْفِرْ لَنَا حَقَدَنَا وَبَغْضَنَا، وَامْلَأْ قُلُوبَنَا بِحُبِّكَ وَحُبِّ مَنْ يُحِبُّكَ.

“Ya الله, jadikanlah kami termasuk golongan yang banyak berdzikir kepada-Mu. Ampunilah kebencian dan iri hati kami, serta penuhi hati kami dengan cinta-Mu dan cinta kepada siapa pun yang mencintai-Mu.”

Ilaa hadlrotussyeikh Muhammad Abdul Gaos Saefulloh Maslul, al faatihah. Aamiin.

 

Khoodimul khoosh Hadltorus Syeikh Muhammad Abdul Gaos SM Ra Qs.

Share This Article
Leave a comment