Oleh: K.H. Mahmud Jonsen Al Maghribi, M.Si.
(Wakil Talqin Syaikh Muhammad Abdul Gaos Saefulloh Maslul dari Tanggerang)
اللَّهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَىٰ berfirman dalam Al-Qur’an:
وَقَالَتِ الْأَعْرَابُ آمَنَّا ۖ قُلْ لَمْ تُؤْمِنُوا وَلَٰكِنْ قُولُوا أَسْلَمْنَا وَلَمَّا يَدْخُلِ الْإِيمَانُ فِي قُلُوبِكُمْ ۖ وَإِنْ تُطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ لَا يَلِتْكُمْ مِنْ أَعْمَالِكُمْ شَيْئًا ۚ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ
“Orang-orang Arab Badui itu berkata, ‘Kami telah beriman.’ Katakanlah (kepada mereka), ‘Kamu belum beriman, tetapi katakanlah, ‘Kami telah berislam,’ karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu. Jika kamu taat kepada اللَّهَ dan Rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangi sedikit pun pahala amalmu. Sesungguhnya اللَّهَ Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Hujurat: 14)
الحمد لله, kita semua telah diberi nikmat Islam dan Iman oleh اللَّهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَىٰ. Namun, sebagaimana firman اللَّهَ di atas, iman sejati adalah yang benar-benar tertanam di dalam hati dan membimbing setiap langkah kehidupan kita. Iman tidak cukup hanya diucapkan, tetapi harus diamalkan dengan ketaatan kepada اللَّهَ dan Rasul-Nya. Oleh karena itu, dalam perjalanan menuju keimanan yang sempurna, kita perlu terus memperbaiki diri dengan menuntut ilmu dan mengamalkan ajaran Islam secara kaffah.
Dalam kajian ini, kita melanjutkan pembahasan tentang rukun agama, yaitu Iman, Islam, dan Ihsan. Sebagaimana yang telah disampaikan oleh para ulama, rukun agama bukan hanya sekadar rukun Islam, tetapi mencakup tiga pilar utama:
- Iman: Keyakinan kepada اللَّهَ, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, serta takdir baik dan buruk.
- Islam: Pelaksanaan syariat yang mencerminkan kepatuhan kepada اللَّهَ melalui rukun Islam seperti syahadat, shalat, zakat, puasa, dan haji.
- Ihsan: Menyempurnakan ibadah dengan keyakinan dan ketulusan, sebagaimana sabda Nabi Muhammad ﷺ:
الإِحْسَانُ أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ
“Ihsan adalah engkau beribadah kepada اللَّهَ seakan-akan engkau melihat-Nya. Jika engkau tidak mampu melihat-Nya, maka yakinlah bahwa Dia melihatmu.” (HR. Muslim)
Dalam perjalanan menuju kesempurnaan iman, kita perlu menempuh jalan thariqah, yaitu pembinaan spiritual melalui bimbingan seorang mursyid. اللَّهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَىٰ berfirman:
وَأَن لَّوِ ٱسْتَقَٰمُوا۟ عَلَى ٱلطَّرِيقَةِ لَأَسْقَيْنَٰهُم مَّآءً غَدَقًۭا
“Dan sekiranya mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu (agama Islam), niscaya Kami akan mencurahkan kepada mereka air yang berlimpah.” (QS. Al-Jinn: 16)
Jalan spiritual ini harus ditempuh dengan keistiqamahan dalam berzikir dan beribadah. Sebagaimana disebutkan dalam hadis Nabi Muhammad ﷺ:
مَثَلُ الَّذِي يَذْكُرُ رَبَّهُ وَالَّذِي لَا يَذْكُرُ رَبَّهُ، مَثَلُ الْحَيِّ وَالْمَيِّتِ
“Perumpamaan orang yang berdzikir kepada Rabb-nya dengan orang yang tidak berdzikir adalah seperti perbandingan antara orang yang hidup dan orang yang mati.” (HR. Bukhari & Muslim)
Dzikir adalah ruh dari setiap ibadah. Tanpa dzikir, ibadah menjadi kosong dari keberkahan. Oleh karena itu, kita perlu senantiasa menjaga dzikir dan amalan kita agar tetap istiqamah di jalan اللَّهَ.
Namun, perjalanan ini tidak selalu mudah. Terkadang kita menghadapi ujian, hambatan, dan godaan. اللَّهَ berfirman:
وَمَا جَعَلْنَا ٱلرُّءْيَا ٱلَّتِىٓ أَرَيْنَٰكَ إِلَّا فِتْنَةًۭ لِّلنَّاسِ
“Dan Kami tidak menjadikan mimpi yang Kami perlihatkan kepadamu itu melainkan sebagai ujian bagi manusia.” (QS. Al-Isra: 60)
Karena itu, dalam menghadapi berbagai cobaan hidup, kita harus tetap teguh dalam keimanan dan menguatkan keyakinan kepada اللَّهَ. Seorang ulama sufi berkata:
إِنَّ الْمُؤْمِنَ بَيْنَ الْخَوْفِ وَالرَّجَاءِ
“Seorang mukmin itu berada di antara rasa takut dan harapan.”
Dengan rasa takut kepada اللَّهَ, kita menjauhi maksiat, dan dengan harapan kepada-Nya, kita tetap bersemangat dalam beribadah. Akhirnya, semoga kita semua senantiasa diberi kekuatan untuk tetap istiqamah dalam iman, Islam, dan ihsan, serta selalu dalam lindungan dan keberkahan اللَّهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَىٰ.
وَكَفَىٰ بِاللَّهِ وَلِيًّۭا وَكَفَىٰ بِاللَّهِ نَصِيرًۭا
“Cukuplah اللَّهَ sebagai pelindung, dan cukuplah اللَّهَ sebagai penolong.” (QS. An-Nisa: 45)