Oleh: K.H. Budi Rahman Hakim Al Amiin, MSW., Ph.D. [Abah Jagat Al Khoolis]
(Wakil Talqin dan Pembantu Khusus ABAH AOS)
1 Juni 2016
Kepada para Ikhwan yang ingin merasakan ‘sensasi’ yang berbeda dalam menjalani aktivitas selama bulan Romadhon, yuk kita simak dan ikuti apa saja dan bagaimana Pangersa Guru Mursyid Abah Aos memaknai sang waktu di bulan Romadhon. Wabilkhusus, kebiasaan-kesenangan beliau dalam menjalankan ibadah shoum dan amaliyah lainnya di bulan romadhon.
Mengikuti dan menekuni kebiasaan dan kesenangan Pangersa Abah ini sangat penting bagi seorang murid Thoriqoh antara lain sebagai bentuk: 1) Robithoh (selalu mengikatkan hati/diri dengan Syekh Mursyid), murid yang selalu ber-robithoh adalah murid yang bukan cuma ingat (kepada gurunya) akan tetapi juga yang senantiasa mengamalkan amaliyah yaomiyah dari Guru Mursyidnya; 2) Fana’ wal baqo’ fi Syekh (membuang kebiasaan sepenuhnya dan menggantinya dengan kebiasaan Syekhnya), karena Syekhnya adalah seorang yang sudah mem-fana’-kan dan mem-baqo’-kan diri kepada gurunya kepada gurunya kepada gurunya hingga kepada Nabi Muhammad Shollallohu ‘Alaihi Wasallam.
Secara umum, Amaliyah Yaomiyah (keseharian) Pangersa Guru Agung Abah Aos tidak banyak berubah dengan hari-hari lainnyah. Tetap dengan sholat awal waktunya, dzikr jahrnya yang banyak, tetap selalu hidup hatinya dengan khofi di mana saja dan kapan saja. Tetap dengan paket amaliyah sholat-sholat sunnahnya di malam hari, “ISIS-nya” (Isyroq, Isti’adzah, Istikhoroh, Isti’ana), Dhuha-nya dan juga sholat sunnah setelah Maghrib. Pembedanya tentu amaliyah khas Romadhon.
Kebiasaan dan kesenangan Pangersa Abah ini tentu merupakan pengamalan, pengamanan dan pelestarian kebiasaan dan kesenangan dari gurunya dari gurunya dari gurunya sampai ke hadirat Kanjeng Nabi Muhammad shollalohu ‘alaihi wasallam.
Para ikhwan pengamal amaliyah Thoriqoh Qoodiriyyah Naqsyabandiyyah Ma’had Suryalaya tidak perlu bingung apalagi ribut dengan perbedaan kapan mulau berpuasa dan berlebaran. Karena kita sudah punya Tanbih yang mengajarkan ketaatan kepada Agama dan Negara. Jadi, apa yang diputuskan oleh Negara melalui pemerintah Kementerian Agama itulah panduan dan pegangan kita semua dalam menyikapi 1 Romadhon dan 1 Syawal. Alhamdulillah.
Pangersa Abah mengazamkan niat bershoum setelah purna pelaksanaan sholat tarowih pertama dengan lafal:
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍّ عَنْ اَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ هٰذِهِ السَّنَةِ لِلَّهِ تَعَالَى اِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا لِوَجْهِهِ الْكَرِيْمِ
Pangersa Abah selalu bersahur karena sahur bukan sekedar makan sahur agar kuat bershaum, melainkan sahur itu sendiri bagian dari ibadah dan untuk keberkahan shoum kita. Sabda Nabi Shollallohu ‘Alaihi Wasallam yang masyhur:
تَسَحَّرُوا فَإِنَّ فِى السَّحُورِ بَرَكَةً
“Makan sahurlah kalian karena dalam makan sahur terdapat keberkahan.” (Muttafaqun ‘alaih)
Pangersa Abah Aos melaksanakan sahur secara istiqomah pada pukul tiga dini hari. Jadi pukul tiga itu bukan bangun untuk sahur tapi sudah mulai menyantap sahur. Jadi jam berapa saja shubuhnya Pangersa Abah menyantap sahur pukul 3.
Kesenengan Pangersa Abah adalah tadarrus (membaca) Al Quran. Pernah suatu Pangersa Abah berkisah, sebelum tiba hari Manaqiban di Pesantren Sirnarasa Pangersa sudah tamat (khotam) Al Quran. Sambil menunggu shubuh biasa bertadarus dan waktu-waktu senggang. Nabi Muhammad ShollAllohu ‘Alaihi Wasallam Bersabda :
الْمُؤْمِنُ الَّذِى يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَعْمَلُ بِهِ كَالأُتْرُجَّةِ ، طَعْمُهَا طَيِّبٌ وَرِيحُهَا طَيِّبٌ ، وَالْمُؤْمِنُ الَّذِى لاَ يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَعْمَلُ بِهِ كَالتَّمْرَةِ ، طَعْمُهَا طَيِّبٌ وَلاَ رِيحَ لَهَا ، وَمَثَلُ الْمُنَافِقِ الَّذِى يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَالرَّيْحَانَةِ ، رِيحُهَا طَيِّبٌ وَطَعْمُهَا مُرٌّ ، وَمَثَلُ الْمُنَافِقِ الَّذِى لاَ يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَالْحَنْظَلَةِ ، طَعْمُهَا مُرٌّ – أَوْ خَبِيثٌ – وَرِيحُهَا مُرٌّ
“Permisalan orang yang membaca Al Qur’an dan mengamalkannya adalah bagaikan buah utrujah, rasa dan baunya enak. Orang mukmin yang tidak membaca Al Qur’an dan mengamalkannya adalah bagaikan buah kurma, rasanya enak namun tidak beraroma. Orang munafik yang membaca Al Qur’an adalah bagaikan royhanah, baunya menyenangkan namun rasanya pahit. Dan orang munafik yang tidak membaca Al Qur’an bagaikan hanzholah, rasa dan baunya pahit dan tidak enak.” (HR. Bukhari no. 5059)
Pangersa Abah memaklumatkan dan melaksanakan Khotaman setiap ba’da Ashar selama bulan Romadhon. Dan selama sebulan penuh Khotaman ba’da Maghrib ditiadakan (tidak dilaksanakan). Kebiasaan Pangersa Abah beberapa saat menjelang buka shoum atau tiba waktu Maghrib ialah melaksanakan Tawasul ijasah Thoriqoh Qodiriyyah Naqsyabandiyyah Ma’had Suryalaya. Ketika adzan maghrib tiba, Pangersa Abah berbuka dengan mengucap doa umumnya:
اللّهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَبِكَ آمَنْتُ وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْت بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّحِمِيْنَ
Dilanjutkan meneguk air putih atau minuman segar menyehatkan lainnya. Lalu tajil dengan makanan ringan, sambil bersiaga melaksanakan sholat maghrib awal waktu. Seperti kebiasaannya, saat Muadzin melafalkan kalimah hayya ‘alasholah Pangersa Abah sudah di atas sajadah. Segera adzan usai, berdoa’ lalu sholat sunnah dua rokaat dilanjut berjamaah maghrib.
Setelah purna sholat tetap dengan dzikir harian namun setelah sempurna bilangan dzikr Pangersa lalu melaksanakan sholat ba’diyah maghrib dan sholat-sholat sunnah setelahnya. Baru setelah purna sholat-sholat sunnah, Pangersa Abah menyantap hidangan buka puasa seperti umumnya. sampai menjelang tiba sholat Isya.