Oleh: K.H. Mahmud Jonsen Al Maghribi, S.H., M.SI.
(Wakil Talqin Syaikh Muhammad Abdul Gaos Saefulloh Maslul dari Tanggerang)
20 Oktober 2010
Penyebaran atau dakwah Islam tidak dapat terlepaskan dari pribadi dari penganut islam itu sendiri. Seperti halnya الله swt menurunkan ajaran Islam melalui wahyu-NYA dengan mengutus Muhammad saw untuk menyampaikan dan menjelaskan kepada Manusia. Ajaran Islam yang disampaikan oleh Nabi Besar Muhammad saw, tentu tak lepas dari pribadi dan akhlaq beliau yang mulia. Artinya ia menyebarkan ajaran Islam ini disertai dengan kemuliaan dari akhlaq, yakni berkata benar dan baik, jujur, kasih sayang, membimbing, menuntun, mengayomi, memberikan pengajaran sekaligus juga memberikan contoh kepada umatnya.
Dakwah dengan cara meyalahkan pengajaran orang lain, memeriksa murid orang lain, sehingga menebarkan kebencian kepada ulama, itu adalah salah satu contoh akhlaq yang kurang baik dalam berdakwah. Untuk menjaga kemurnian dari ajaran islam, tentu tak terlepaskan dari pribadi-pribadi penganut Islam itu sendiri, sebutlah seperti ilmu hadist misalnya, bukankah sanad/perawi dari hadist tersebut diselidiki tentang kepribadiannya?
Jadi untuk meyebarkan agama Islam, disamping kita menyampaikan secara ‘keilmuan’ tentang kebenaran Islam, juga harus disertai dengan kemuliaan akhlaq. Hal ini tentunya demi menjaga ke Agungan dari Islam itu sendiri.
Mengenai Jihad, jihad adalah amalan tertinggi. Jihad yang saya pahami ada beberapa tingkatan antara lain : Jihad dengan berperang, musuhnya adalah orang-orang kafir yang memerangi kita, melarang kita beribadah, mengusir kita dari tanah-tanah kita. Jihad di bidang ilmu, dengan memerangi kebodohan. Jihad di bidang sosial, dengan memerangi kemiskinan. Jihad di bidang ekonomi keluarga, dengan bekerja. Jihad membela orang yang lemah, musuhnya adalah orang-orang yang zholim, dll. Sehingga benarlah kiranya hidup mulia atau mati syahid, tiada hari tanpa jihad.
Mengenai Jihad ini pernah juga suatu ketika saya shalat jum’at di Mesjid yang berada di komplek RCTI, kemudian mendengarkan khotbah khotib/ustad yang kebetulan membahas tentang Jihad, diantara ucapannya kira-kira demikian ; “Dalam berjihad contohlah Rosullullah saw, beliau berperang tetapi bukan berarti beliau seorang pembunuh, beliau memerangi kemiskinan, tetapi bukan berarti membunuhi orang-orang miskin, beliau juga memerangi kebodohan, tetapi bukan berarti beliau membunuh orang-orang yang bodoh”
Afwan, saya menulis ini tidak ditujukan kepada orang atau golongan tertentu, semata-mata karena “wa tawashaibil haqi wa tawashawbishshobr”.
Semoga kita semua senatiasa diberikan petunjuk bahwa yang benar itu benar dan yang salah itu salah, dan semoga kita diberikan kekuatan untuk dapat mengerjakan apa-apa yang diperintahkan NYA dan menjauhi apa-apa yang dilarang NYA. Mudah-mudahan kita tidak hanya sekedar mempunyai ilmu yang tinggi, pintar menghapal ayat-ayat alquran, dan pintar berkata-kata atau berteriak, tetapi diberikan kemampuan untuk mengamalkan apa-apa yang kita ketahui.
Wallahu ‘alambishshawab.