DALIL AKURAT LARANGAN MEMINTA-MINTA

admin111
admin111
7 Min Read

Oleh: K.H. Luqman Kamil Ash Shiddiq, S.Pd.I.
(Wakil Talqin Pangersa ABAH AOS dari Cimahi)

Dawuhan Pangersa Guru Agung, Sayyid Muhyiddin Abah Aos ra qsn: “Menta mah haram tapi lamun dibere sanajan bari dialungkeun merena, urang keur nyeri cangkeng ,… ngorondang, cokot, eta mah halal.” (Meminta itu haram tapi jika diberi/dikasih walaupun diberinya sambil dilempar, kita sedang sakit pinggang,… merangkak ambil, itu mah halal)

Demikian sepenggal dawuhan Guru Agung, sebagai petunjuk bagi kita para muridnya agar jangan memiliki mental pengemis (MUPENG: Muka Pengemis).Memperhatikan dawuhan Pangersa Abah di atas, tentu bagi murid yang baik tidak perlu bertanya “Kenapa meminta diharamkan”? Tinggal sami’na wa atho’na saja.

Tapi di sisi lain ilmu juga penting sebagai sandaran kita dalam beramal. Karena Pangersa Abah Aos juga pernah menjelaskan bahwa “Sempurnanya amal dengan ilmunya dan sempurnanya ilmu dengan amalnya”

- Advertisement -

Maka di bawah ini sedikit penjelasan hadits-hadits Rosululloh SAW yang menjelaskan tentang haramnya meminta-minta. Di antara hadits-hadits tersebut ialah sebagai berikut:

HADITS PERTAMA
Dari ‘Abdulloh bin ‘Umar ra ia berkata Rosululloh SAW bersabda:

مَا زَالَ الرَّجُلُ يَسْأَلُ النَّاسَ، حَتَّى يَأْتِيَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لَيْسَ فِيْ وَجْهِهِ مُزْعَةُ لَحْمٍ.

“Seseorang senantiasa meminta-minta kepada orang lain sehingga ia akan datang pada hari kiamat dalam keadaan tidak ada sekerat daging pun di wajahnya.” [HR. Bukhori dan Muslim]

HADITS KEDUA
Dari Hubsyi bin Junaadah ra berkata Rosululloh SAW bersabda:

مَنْ سَأَلَ مِنْ غَيْرِ فَقْرٍ فَكَأَنَّمَا يَأْكُلُ الْجَمْرَ.

“Barangsiapa meminta-minta kepada orang lain tanpa adanya kebutuhan maka seolah-olah ia memakan bara api.”

– HR. Ahmad (IV/165)
– HR. Ibnu Khuzaimah (no. 2446)
– HR . Thobroni dalam al-Mu’jamul-Kabir (IV/15 no. 3506-3508).
Lihat al-Jami’ish-Shoghir no. 6281.

HADITS KETIGA
Nabi SAW dalam sabdanya :

ثلاثة أقسم عليهن : ما نقص مالُ عبد من صدقة ، ولا ظلم عبد مظلمة فصبر عليها إلا زاده الله عزا ، ولا فتح عبد باب مسألة إلا فتح الله عليه باب فقر
[ رواه الترمذي، رقم 2325 ]

“Tiga perkara Aku bersumpah atasnya: Tidak akan berkurang harta seorang hamba dengan shodaqoh. Tidaklah seorang hamba dizholimi dengan suatu kezholiman dan dia bersabar melainkan Alloh akan menambahkan kemuliaan kepadanya. Tidaklah seorang hamba dibukakan pintu meminta (suka meminta-minta kepada orang lain ) kecuali Alloh bukakan baginya pintu kefakiran.” [HR . Tirmidzi no. 2325]

HADITS KE-EMPAT
Dari Samurah bin Jundub ra berkata Rosululloh SAW bersabda:

َالْـمَسْأَلَةُ كَدٌّ يَكُدُّ بِهَا الرَّجُلُ وَجْهَهُ، إِلَّا أَنْ يَسْأَلَ الرَّجُلُ سُلْطَانًا أَوْ فِيْ أَمْرٍ لَا بُدَّ مِنْهُ.

“Minta-minta itu merupakan cakaran yang seseorang mencakar wajahnya dengan (tangannya sendiri) kecuali jika seseorang meminta kepada penguasa (pemerintah) atau atas suatu hal atau perkara yang sangat perlu.”

– HR. At-Tirmidzi (no. 681),
– HR. Abu Dawud (no. 1639),
– HR. an Nasa-i (V/100) dan dalam as-Sunanul Kubro (No. 2392),
– HR. Ahmad (V/10, 19),
– HR. Ibnu Hibban (No. 3377 –at-Ta’liqotul Hisan),
– HR. ath-Thobroni dalam al-Mu’jamul Kabir (VII/182 – 183, no. 6766 – 6772) dan
– HR. Abu Nu’aim dalam Hilyatul-Auliya (VII/418, no. 11076) .

HADITS KELIMA
Bolehnya kita meminta kepada penguasa (pemerintah) jika dalam keadaan darurat yang dibenarkan oleh hukum syara. Namun tidak boleh sering meminta kepada penguasa.

Hal ini berdasarkan hadits Hakiim bin Hizaam ra berkata: ” Aku meminta kepada Rosululloh SAW lantas beliau memberiku”.

“Kemudian aku minta lagi dan Rosululloh SAW memberiku lagi.” Kemudian Rosululloh SAW bersabda:

يَا حَكِيْمُ، إِنَّ هَذَا الْـمَـالَ خَضِرَةٌ حُلْوَةٌ ، فَمَنْ أَخَذَهُ بِسَخَاوَةِ نَفْسٍ بُوْرِكَ لَهُ فِيْه ِ، وَمَنْ أَخَذَهُ بِإِشْرَافِ نَفْسٍ لَمْ يُبَارَكْ لَهُ فِيْهِ ، وَكَانَ كَالَّذِيْ يَأْكُلُ وَلَا يَشْبَعُ. الْيَدُ الْعُلْيَا خَيْرٌ مِنَ الْيَدِ السُّفْلَى.

“Wahai Hakiim ! Sesungguhnya harta itu indah dan manis. Barang siapa mengambilnya dengan berlapang hati maka akan diberikan berkah padanya. Barangsiapa mengambilnya dengan kerakusan (isrof) maka Alloh tidak akan memberikan berkah kepadanya dan diumpamakan bagai orang yang makan tetapi ia tidak pernah kenyang (karena tidak ada berkah padanya). Tangan di atas (yang memberi) lebih baik daripada tangan yang di bawah (yang meminta).” [HR . Bukhori (no. 1472) dan Muslim (no. 1035)] .

GOLONGAN ORANG YANG DIPERBOLEHKAN MEMINTA-MINTA

Diriwayatkan dari Qobishoh bin Mukhoriq al-Hilali ra ia berkata bahwa Rosululloh SAW bersabda :

يَا قَبِيْصَةُ، إِنَّ الْـمَسْأَلَةَ لَا تَحِلُّ إِلَّا لِأَحَدِ ثَلَاثَةٍ : رَجُلٍ تَحَمَّلَ حَمَالَةً فَحَلَّتْ لَهُ الْـمَسْأَلَةُ حَتَّى يُصِيْبَهَا ثُمَّ يُمْسِكُ، وَرَجُلٍ أَصَابَتْهُ جَائِحَةٌ اجْتَاحَتْ مَالَهُ فَحَلَّتْ لَهُ الْـمَسْأَلَةُ حَتَّى يُصِيْبَ قِوَامًا مِنْ عَيْشٍ –أَوْ قَالَ : سِدَادً مِنْ عَيْشٍ- وَرَجُلٍ أَصَابَتْهُ فَاقَةٌ حَتَّى يَقُوْمَ ثَلَاثَةٌ مِنْ ذَوِي الْحِجَا مِنْ قَوْمِهِ : لَقَدْ أَصَابَتْ فُلَانًا فَاقَةٌ ، فَحَلَّتْ لَهُ الْـمَسْأَلَةُ حَتَّى يُصِيْبَ قِوَامًا مِنْ عَيْش ٍ، –أَوْ قَالَ : سِدَادً مِنْ عَيْشٍ- فَمَا سِوَاهُنَّ مِنَ الْـمَسْأَلَةِ يَا قَبِيْصَةُ ، سُحْتًا يَأْكُلُهَا صَاحِبُهَا سُحْتًا.

“Wahai Qabiishoh! Sesungguhnya meminta-minta itu TIDAK HALAL kecuali bagi salah satu dari tiga golongan orang:
(1) Seseorang yang menanggung hutang orang lain , ia boleh meminta-minta sampai ia melunasinya , kemudian berhenti .
(2) Seseorang yang ditimpa musibah yang menghabiskan hartanya , ia boleh meminta-minta sampai ia mendapatkan sandaran hidup .
(3) Seseorang yang ditimpa kesengsaraan hidup sehingga ada tiga orang faqih dari kaumnya mengatakan, “Si fulan telah ditimpa kesengsaraan hidup ia boleh meminta-minta sampai mendapatkan sandaran hidup.”

Meminta-minta selain untuk ketiga hal itu, wahai Qobishoh! adalah haram dan orang yang memakannya adalah memakan yang haram”.

– HR. Muslim ( no. 1044 ),
– HR. Abu Dawud ( no. 1640 ),
– HR. Ahmad ( III/477, V/60 ),
– HR. an-Nasa- i ( V/89-90 ),
– HR. ad-Darimi ( I/396 ),
– HR. Ibnu Khuzaimah ( no. 2359, 2360, 2361, 2375 ),
– HR. Ibnu Hibban ( no. 3280, 3386, 3387 –at Ta’liqotul Hisan )

Demikian sedikit penjelasan tentang diharamkannya meminta-minta kepada orang lain tanpa udzur yang dibenarkan oleh hukum syara.

Semoga catatan kecil ini bisa bermanfaat .

Disarikan dari berbagai sumber.

Share This Article
Leave a comment