Transkrip dari Ceramah: K.H. Muhammad Aang Rahmat Setiarasa
Dzikir dan tauhid adalah dua elemen fundamental dalam kehidupan seorang Muslim. Keduanya bukan sekadar bacaan lisan, tetapi juga bentuk kesadaran spiritual yang menghubungkan manusia dengan Tuhannya. Dalam ajaran Islam, dzikir bukan hanya ritual, tetapi juga jalan menuju ketenangan hati dan kebahagiaan sejati.
الله azza wa jalla berfirman dalam Al-Qur’an:
ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَتَطْمَىِٕنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ ٱللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ ٱللَّهِ تَطْمَىِٕنُّ ٱلْقُلُوبُ
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat الله. Ingatlah, hanya dengan mengingat الله hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’d: 28)
Dengan memahami makna dzikir dan tauhid secara mendalam, seorang Muslim akan mampu menjalani hidup dengan penuh keberkahan dan keteguhan iman.
Dzikir sebagai Taman Surga di Dunia
Pangersa Abah Aos seringkali menyebut Manaqiban sebagai taman surga di dunia. Ini karena dalam majelis seperti inilah rahmat الله turun dan dosa-dosa diampuni. Rasulullah ﷺ bersabda:
مَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ، إِلَّا نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ، وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ، وَحَفَّتْهُمُ الْمَلَائِكَةُ، وَذَكَرَهُمُ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ
“Tidaklah suatu kaum duduk untuk berdzikir kepada الله, kecuali para malaikat akan mengelilingi mereka, rahmat akan meliputi mereka, ketenangan akan turun kepada mereka, dan الله akan menyebut mereka di hadapan makhluk-makhluk yang ada di sisi-Nya.” (HR. Muslim)
Menghadiri Manaqib adalahbentuk investasi spiritual, Orang yang jarang menghadiri majelis dzikir seperti ini bisa diibaratkan sebagai seseorang yang menjauh dari sumber keberkahan. Oleh karena itu, penting bagi setiap Muslim untuk terus menyempatkan diri berada dalam lingkungan yang mendukung dzikir dan penguatan tauhid.
Tauhid adalah inti dari ajaran Islam.
Kalimat Laa ilaaha illallah bukan sekadar ucapan, melainkan keyakinan yang harus tertanam dalam hati dan tercermin dalam perilaku sehari-hari. Dalam Al-Qur’an, الله menegaskan:
فَٱعْلَمْ أَنَّهُۥ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا ٱللَّهُ
“Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan الله.” (QS. Muhammad: 19)
Tauhid tidak hanya sebatas keyakinan dalam hati, tetapi juga harus terwujud dalam tindakan. Orang yang bertauhid sejati akan menjadikan الله sebagai satu-satunya tujuan hidup, menjauhi segala bentuk syirik, dan menjadikan dzikir sebagai bagian dari rutinitasnya.
Dzikir sebagai Ruh dalam Setiap Amal
Seorang Muslim yang senantiasa berdzikir akan merasakan keberkahan dalam setiap aspek kehidupannya. Rasulullah ﷺ bersabda:
مَثَلُ الَّذِي يَذْكُرُ رَبَّهُ وَالَّذِي لَا يَذْكُرُ رَبَّهُ مَثَلُ الْحَيِّ وَالْمَيِّتِ
“Perumpamaan orang yang berdzikir kepada الله dengan orang yang tidak berdzikir, seperti perumpamaan orang yang hidup dan orang yang mati.” (HR. Bukhari & Muslim)
Dengan kata lain, dzikir adalah tanda kehidupan hati. Orang yang selalu mengingat الله akan memiliki ketenangan batin dan kekuatan spiritual dalam menghadapi berbagai tantangan hidup. Sebaliknya, hati yang tidak berdzikir akan terasa kosong dan rapuh dalam menghadapi ujian dunia.
Menghadapi Tantangan dalam Berdakwah
Dalam menyebarkan dakwah dzikir dan tauhid, sering kali muncul tantangan. Tidak semua orang bisa menerima konsep dzikir secara terbuka, terutama dalam praktik tertentu seperti talqin dan dzikir berjamaah. Namun, hal ini tidak boleh menjadi alasan untuk meninggalkan dzikir.
Alloh SWT berfirman dalam Hadits Qudsi:
مَنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ فِي نَفْسِي وَمَنْ ذَكَرَنِي فِي مَلَإٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلَإٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ
“Barang siapa yang mengingat-Ku dalam dirinya, Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku. Dan barang siapa yang mengingat-Ku dalam suatu kelompok, Aku akan mengingatnya dalam kelompok yang lebih baik dari mereka.” (HR. Bukhari & Muslim)
Ini adalah bukti bahwa dzikir berjamaah adalah salah satu bentuk ibadah yang memiliki nilai besar di sisi الله. Oleh karena itu, seorang Muslim harus tetap berpegang teguh pada dzikir dan tauhid meskipun menghadapi berbagai tantangan dalam kehidupan.
Dzikir sebagai Cahaya Hidup
Dzikir bukan sekadar aktivitas keagamaan, tetapi juga kunci keberkahan dalam hidup. Dengan terus mengingat الله, seorang Muslim akan mendapatkan ketenangan, keberkahan, dan perlindungan dalam setiap langkahnya.
Sebagaimana firman الله dalam Al-Qur’an:
وَٱذْكُر رَّبَّكَ فِى نَفْسِكَ تَضَرُّعًۭا وَخِيفَةًۭ وَدُونَ ٱلْجَهْرِ مِنَ ٱلْقَوْلِ بِٱلْغُدُوِّ وَٱلْءَاصَالِ وَلَا تَكُن مِّنَ ٱلْغَٰفِلِينَ
“Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan rendah hati dan rasa takut, serta dengan tidak mengeraskan suara, pada waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.” (QS. Al-A’raf: 205)
Mari jadikan dzikir dan tauhid sebagai pegangan utama dalam hidup. Dengan demikian, kita tidak hanya mendapatkan ketenangan di dunia, tetapi juga keselamatan di akhirat. Semoga kita semua termasuk dalam golongan orang-orang yang hatinya selalu dipenuhi dengan dzikir dan tauhid.
Wallahu a’lam bish-shawab.
Sumber: https://youtu.be/UbiI1JjVw3A?si=BJ1t7pyDfu5MsAVr