Dzikir, ‘Menyulap’ Pemarah jadi Pemurah

admin111
admin111
4 Min Read

Oleh: Al Khoolishul Aamiin

DZIKIR itu bukan sekadar riasan lisan. Ia adalah percikan energi ilahi yang menyalakan lentera bagi jiwa-jiwa yang tersesat di kegelapan. Terang cahaya lentera itu menerangi jiwa-jiwa hingga mengubah karakter jiwa pemarah menjadi pemurah, pendendam menjadi pemaaf dan yang keras hatinya menjadi lembut seperti sutra.

Manusia dengan karakter pemarah, pendendam dan keras adalah refleksi kotornya hati. Imam Al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumuddin (Juz 4, halaman 112) manyatakan, “Hati itu seperti cermin’’. Jika ia terus dibersihkan dengan dzikir, cermin itu bersinar, memantulkan cahaya Ilahi yang ditandai munculnya sifat-sifat baik. Namun jika ia ditinggalkan dalam kelalaian, cermin itu akan kotor hingga berkarat oleh dosa dan hawa nafsu sehingga yang muncul sifat-sifat buruk.

Ketika seorang hamba menyelam dalam lautan dzikir, hatinya yang semula seperti bara api amarah akan berubah menjadi telaga ketenangan. Benar apa yang dikatakan Syaikh Ibnu Atha’illah dalam Al-Hikam Hikmah ke-57 bahwa “Cahaya dzikir adalah obat bagi hati yang keruh, dan dzikir yang tulus melapangkan dada hingga memaafkan menjadi mudah.”

- Advertisement -

Ya, hati yang terbiasa berdzikir akan dihiasi sifat pemurah. Dalam Risalah Qusyairiyah halaman 34, Imam Al-Qusyairi berkata: “Seorang ahli dzikir, meskipun dizalimi, ia memandang keadilan الله di balik peristiwa. Maka ia bersabar, memaafkan, bahkan mendoakan kebaikan bagi pelaku.” Sebaliknya, ketika ia mengabaikan dzikir, amarah menjadi mudah terpancing, kesabaran terkikis, dan sifat dendam tumbuh subur (kembali). الله telah memberi peringatan dalam Al-Qur’an Surat Thoha 124:

وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا

“Barangsiapa berpaling dari dzikir (kepadaKU), maka baginya kehidupan yang sempit.

Guru Sufi Agung Syaikh Junaid Al-Baghdadi berkata dalam Tadzkiratul Auliya halaman 56 lebih jauh menegaskan, “Dzikir adalah pelipur bagi hati yang terbakar amarah, sebab ia menautkan jiwa kembali kepada الله. Maka seorang ahli dzikir tidak sibuk dengan dirinya, tetapi sibuk dengan Tuhannya.”

Dzikir dengan demikian adalah terapi Ilahi bagi jiwa. Ia tidak hanya membersihkan hati dari kotoran dosa, tetapi juga menumbuhkan sifat-sifat mulia: sabar, pemurah, dan mudah memaafkan. Sebaliknya, melalaikan dzikir berarti ia sedang menyebar undangan bagi hadirnya sifat-sifar buruk ke dalam diri: amarah, ketidaksabaran, dan dendam.

Mari perbanyak dzikir, bukan hanya di lisan, tetapi juga di dalam hati. Karena dzikir, sebagaimana sabda Nabi Muhammad Shollallohu ‘alaihi wasallam, adalah kekayaan termahal.

أَلا أُنَبِّئُكُمْ بِخَيْرِ أَعْمَالِكُمْ، وَأَزْكَاهَا عِنْدَ مَلِيكِكُمْ، وَأَرْفَعِهَا فِي دَرَجَاتِكُمْ، وَخَيْرٌ لَكُمْ مِنْ إِنْفَاقِ الذَّهَبِ وَالْوَرِقِ، وَخَيْرٌ لَكُمْ مِنْ أَنْ تَلْقَوْا عَدُوَّكُمْ، فَتَضْرِبُوا أَعْنَاقَهُمْ، وَيَضْرِبُوا أَعْنَاقَكُمْ؟ قَالُوا: بَلَى. قَالَ: ذِكْرُ اللَّهِ تَعَالَى

“Maukah kalian aku tunjukkan amal yang terbaik, paling suci di sisi Tuhan kalian, paling tinggi derajatnya, lebih baik dari menginfakkan emas dan perak, bahkan lebih baik dari berjihad di jalan Alloh?” Mereka menjawab, “Tentu saja.” Beliau berkata, “Dzikir kepada الله Ta’ala.” (HR. At-Tirmidzi, no. 3377).

 

Akhirnya, mari kita sama-sama memanjatkan do’a:

اللَّهُمَّ اجْعَلْنَا مِنَ الذَّاكِرِينَ لَكَ كَثِيرًا وَالذَّاكِرَاتِ

Ya Alloh, jadikanlah kami termasuk golongan orang yang banyak berdzikir kepada-Mu, baik laki-laki maupun perempuan.

Ilaa hadlrotussyeikh Muhammad Abdul Gaos Saefulloh Maslul, al faatihah. Aamiin.

 

*) Khoodimul khoosh Hadltorus Syeikh Muhammad Abdul Gaos SM Ra Qs.

Share This Article
Leave a comment