Oleh: K.H. Mahmud Jonsen Al Maghribi, M.Si.
(Wakil Talqin Syaikh Muhammad Abdul Gaos Saefulloh Maslul Ra Qs)
Di dalam Kitab Sirrul Asror, Tuan Syekh Abdul Qodir al Jailani, Qs. mengatakan :
“Gejolak Qolbu (al wajdu) dan Gejolak Pendengaran (as simaa’) adalah dua sarana yang melahirkan gerak jiwa; sebagaimana hal itu muncul di dalam qolbu para perindu الله Swt. dan para ahli ma’rifat. Keduanya adalah makanan para kekasih الله Swt. dan Vitamin bagi para pencari الله Swt.”
Dari Nabi Saw:
اَنَّ السِّمَاعَ لِقَوْمٍ فَرْضٌ وَلِقَوْمٍ سُنَّةٌ وَلِقَوْمٍ بِدْعَةٌ
“Merasakan gejolak pendengaran (as Simaa’) bagi sebagian kaum adalah fardhu, bagi sebagian lain sunnah, dan sebagian lainnya adalah bid’ah”.
Fardhu bagi orang-orang yang khowas, sunnah bagi kekasih الله, dan bid’ah bagi orang-orang yang lalai. Pengersa Abah Aos menyampaikan, “Perhatikan, jangan sepelekan suara, kalau saja setelah Nabi menerima wahyu “Iqro'” di Gua Hiro’ beliau tidak bersuara, maka jangankan kepada kita di sini, kepada Khodijah saja Dzikir ini tidak akan sampai”.
Suara terindah, terbaik, teragung adalah suara Laa Ilaaha Illalloh. Sebagaimana Firman Alloh Swt. Dalam Quran Surat Ibrohim ayat 24 :
أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَاءِ
“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana الله telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit”
تُؤْتِي أُكُلَهَا كُلَّ حِينٍ بِإِذْنِ رَبِّهَا ۗ وَيَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ
“pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. الله membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.”
Kalimatan Thoyyibatan itu ialah Laa Ilaaha Illalloh yang telah diperintahkan الله untuk disuarakan sebagaimana Firman-Nya dalam Quran Surat Muhammad ayat 19 :
فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللَّهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مُتَقَلَّبَكُمْ وَمَثْوَاكُمْ
“Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada tuhan selain الله (Laa Ilaaha Illalloh) dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. Dan الله mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu tinggal.”
Dengan mengucapkan kalimat Laa Ilaaha Illallloh maka dapat menghapus dosa-dosa kita kepada الله walau sebanyak buih di lautan. Dan dengan kalimat Laa Ilaaha Illaloh pulalah diangkatnya amal sholeh kita kepada الله Swt. Sebagaimana Firman الله dalam Quran Surat al Fathir ayat 10 :
مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْعِزَّةَ فَلِلَّهِ الْعِزَّةُ جَمِيعًا ۚ إِلَيْهِ يَصْعَدُ الْكَلِمُ الطَّيِّبُ وَالْعَمَلُ الصَّالِحُ يَرْفَعُهُ ۚ وَالَّذِينَ يَمْكُرُونَ السَّيِّئَاتِ لَهُمْ عَذَابٌ شَدِيدٌ ۖ وَمَكْرُ أُولَٰئِكَ هُوَ يَبُورُ
“Barangsiapa yang menghendaki kemuliaan, maka bagi الله-lah kemuliaan itu semuanya. Kepada-Nya-lah naik perkataan-perkataan yang baik dan amal yang saleh dinaikkan-Nya. Dan orang-orang yang merencanakan kejahatan bagi mereka azab yang keras. Dan rencana jahat mereka akan hancur.”
Kalimatuththoyyibu itu adalah Laa Ilaaha Illalloh. Dengan kalimat itu amal sholeh kita dibawa naik ke hadhirat الله Swt. Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam hadits dari Abu Hurairah rodhiallohu ‘anhu :
إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ رِضْوَانِ اللهِ تَعَالَى مَا يُلْقِي لَهَا بَالاً يَرْفَعُهُ اللهُ بِهَا دَرَجَاتٍ
“Sesungguhnya seorang hamba berbicara dengan satu kalimat dari apa yang diridhai الله subhanahu wa ta’ala yang dia tidak menganggapnya (bernilai) ternyata الله subhanahu wa ta’ala mengangkat derajatnya karenanya.” (HR. al-Bukhari no. 6092).
Itulah suara merdunya dzikir. Dzikir lisan (bersuara) untuk mengingatkan hati (menghidupkan dzikir qolbi) sehingga tumbuh rasa cinta di hati (gejolak qolbu) kepada yang diingatnya yaitu الله Swt. Nabi bersabda :
كَمَا قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّی اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ لَاوَجْدَله
“Orang yang tidak tergerak jiwanya karena mendengar syair-syair indah, melihat musim semi dan semerbak bunganya, kayu dengan suara merdu taluannya, adalah orang yang rusak kepekaan rasanya (mizaah). Tidak ada obat untuk orang seperti ini.”
Hanya orang kafir dan orang yang mempunyai penyakit di hatinya yang tidak senang mendengar suara Dzikir kepada الله. Firman الله dalam Al Qur’an Surat Al Fath : 26 :
إِذْ جَعَلَ الَّذِينَ كَفَرُوا فِي قُلُوبِهِمُ الْحَمِيَّةَ حَمِيَّةَ الْجَاهِلِيَّةِ فَأَنْزَلَ اللَّهُ سَكِينَتَهُ عَلَىٰ رَسُولِهِ وَعَلَى الْمُؤْمِنِينَ وَأَلْزَمَهُمْ كَلِمَةَ التَّقْوَىٰ وَكَانُوا أَحَقَّ بِهَا وَأَهْلَهَا ۚ وَكَانَ اللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا
Artinya, “Ketika orang-orang kafir menanamkan dalam hati mereka kesombongan (yaitu) kesombongan jahiliyah lalu الله menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya, dan kepada orang-orang mukmin dan الله mewajibkan kepada mereka kalimat-takwa dan adalah mereka berhak dengan kalimat takwa itu dan patut memilikinya. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”.
Suara dzikir itu irama, hanya seorang perundulah yang dapat menikmati iramanya. Nabi bersabda :
مَنْ لَاوَجْدَالَهُ لَا دِيْنَ لَهُ
“Orang yang tidak merasakan gejolak qolbu maka kurang agamanya”.
Pagi yang sejuk, 5 Maret 2019