Oleh: K.H. Luqman Kamil Ashiddiq, S.Pd.I.
(Wakil Talqin Syaikh Muhammad Abdul Gaos Saefulloh Maslul Ra Qs)
Kekayaan dan kemiskinan itu, ternyata soal perasaan. Di antara berjuta manusia, ada empat jenis manusia yang berbeda dalam memaknai kekayaan dan kemiskinan.
1. Manusia kaya harta tapi miskin hati
Hartanya melimpah ruah tapi hatinya selalu merasa kekurangan. Karena perasaan tak berkecukupan itu tiada terbersit di hatinya keinginan untuk peduli dan berbagi terhadap sesama. Inilah potret manusia yang hidupnya tak terberkahi. Bahkan manusia tipe seperti ini cenderung akan menghalalkan segala cara demi memenuhi ambisinya terhadap menumpuk harta. Dari Ibnu ‘Abbas ra, ia mendengar bahwa Rosululloh SAW bersabda:
لَوْ كَانَ لاِبْنِ آدَمَ وَادِيَانِ مِنْ مَالٍ لاَبْتَغَى ثَالِثًا ، وَلاَ يَمْلأُ جَوْفَ ابْنِ آدَمَ إِلاَّ التُّرَابُ ، وَيَتُوبُ اللَّهُ عَلَى مَنْ تَابَ
“Seandainya manusia diberi dua lembah berisi harta, tentu ia masih menginginkan lembah yang ketiga. Yang bisa memenuhi dalam perut manusia hanyalah tanah. اللّٰه tentu akan menerima taubat bagi siapa saja yang ingin bertaubat.” (HR. Bukhori)
2. Manusia miskin harta tapi kaya hati
Hartanya kasat mata serba kekurangan, namun, jiwanya merasakan keberlimpahan. Karena perasaan berkecukupan inilah yang selalu menyisakan ruang baginya untuk peduli dan berbagi kepada sesama.
Inilah semulia dan seistimewa manusia. Rosululloh SAW bersabda:
لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ، وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ
“Kekayaan tidaklah diukur dengan banyaknya harta namun kekayaan yang hakiki adalah kekayaan hati.”
(HR. Bukhori dan Muslim dari Abu Huroiroh)
3. Manusia yang kaya harta dan kaya hati
Hartanya melimpah ruah, hatinya diliputi perasan berkah dan hidayah. Karena perasaan diberkahi inilah yang mendorongnya untuk slalu bersyukur dengan peduli dan berbagi kepada sesama yang tidak beruntung. Inilah seberuntung-beruntungnya manusia, manusia luar biasa. Dari ‘Abdulloh bin ‘Amr bin ‘Ash berkata bahwa Rosululloh SAW bersabda:
قَدْ أَفْلَحَ مَنْ أَسْلَمَ وَرُزِقَ كَفَافًا وَقَنَّعَهُ اللَّهُ بِمَا آتَاهُ
“Sungguh sangat beruntung orang yang telah masuk Islam, diberikan rizqi yang cukup dan اللّٰه menjadikannya qonaah (selalu merasa cukupcukup) dengan apa yang diberikan kepadanya.” (HR. Muslim)
Berkata ‘ulama salafus sholih:
غِنَى النَّفْس مَا يَكْفِيك مِنْ سَدّ حَاجَة فَإِنْ زَادَ شَيْئًا عَادَ ذَاكَ الْغِنَى فَقْرًا
“Kaya hati adalah merasa cukup pada segala yang engkau butuh. Jika lebih dari itu dan terus engkau cari, maka itu berarti bukanlah ghina (kaya hati) tapi fakir (miskinnya hati).”
Nabi SAW bersabda:
لاَ بَأْسَ بِالْغِنَى لِمَنِ اتَّقَى وَالصِّحَّةُ لِمَنِ اتَّقَى خَيْرٌ مِنَ الْغِنَى وَطِيبُ النَّفْسِ مِنَ النِّعَمِ
“Tidaklah mengapa kaya bagi orang yang bertaqwa. Dan sehat bagi orang yang bertaqwa itu lebih baik dari kaya. Dan bahagia itu bagian dari keni’matan.” (HR. Ibnu Majah no. 2141 dan Ahmad 4/69)
Dari Ibnu Mas’ud ra beliau berkata,
أنَّ النبيَّ – صلى الله عليه وسلم – كَانَ يقول :
اللَّهُمَّ إنِّي أسْألُكَ الهُدَى ، والتُّقَى ، والعَفَافَ ، والغِنَى
Nabi SAW biasa membaca do’a: ”Ya اللّٰه , aku meminta pada-Mu petunjuk, (kuat) taqwa, berikanlah sifat ‘afaf dan ghina.” (HR. Muslim)
Imam Nawawi rohimahulloh menjelaskan: ”Afaf dan ‘iffah bermakna menjauhkan dan menahan diri dari hal yang tidak diperbolehkan. Al Ghina adalah hati yang selalu merasa cukup dan tidak bersandar pada apa yang ada di tangan manusia.”
4. Manusia yang miskin harta dan miskin hatinya
Rizqinya seret, hatinya juga meng-keret. Karena perasaannya slalu seret dan mengkeret maka tak tersisa baginya rasa syukur, dan perasaan mampu peduli dan berbagi kepada sesama. Inilah gambaran serugi-ruginya manusia. Rosululloh SAW mengajari Abu Dzar tentang hakekat makna kaya raya.
يَا أَبَا ذَرّ أَتَرَى كَثْرَة الْمَال هُوَ الْغِنَى ؟ قُلْت : نَعَمْ . قَالَ : وَتَرَى قِلَّة الْمَال هُوَ الْفَقْر ؟ قُلْت : نَعَمْ يَا رَسُول اللَّه . قَالَ : إِنَّمَا الْغِنَى غِنَى الْقَلْب ، وَالْفَقْر فَقْر الْقَلْب
“Wahai Abu Dzar, apakah engkau memandang bahwa banyaknya harta itulah yang disebut kaya ?
Aku (Abu Dzar) menjawab : “Betul.” Baginda Nabi SAW bertanya lagi, “Apakah engkau memandang bahwa sedikitnya harta itu berarti faqir ? ” Aku menjawab, “Betul ya Rosululloh.” Lalu Baginda Nabi SAW bersabda:
“Sesungguhnya yang dinamakan kaya adalah kayanya hati (hati yang selalu bersyukur) sedangkan faqir adalah faqirnya hati (hati yang tidak pernah merasa puas).” (HR. Ibnu Hibban)
Di jenis mana kita terkategori, kita yang tahu dan memilih. Yang pasti Guru Sufi Agung Hadrotu Syeikh Muhammad Abdul Gaos Saefulloh Maslul Al Quthub Ash Shomadani Al Mahdi ra telah meng-ijazah-kan amalan agar keadaan harta seperti apapun, keadaan perasaannya diliputi perasaan kecukupan dan keberlimpahan. Meyakini dengan seyakin-yakinnya bahwa setiap ada kebutuhan, اللّٰه pasti cukupkan kebutuhan itu. Itulah makna kaya yang sesungguhnya.
Ketahuilah wahai para ikhwan, Guru Agung Syeikh Muhyiddin Muhammad Abdul Gaos Saefulloh Maslul Al Quthub Ash Shomadani Al Mahdi ra pernah menjelaskan:
“Kaya Itu Tidak Harus Selalu Berlimpah Harta. Kaya Itu Bukan Serba Ada Serba Punya. Kaya Itu Setiap Ada Kahayang Pasti Ada. Kaya Itu Setiap Butuh Pasti Ada Tersedia.”
MACAM-MACAM RIZQI
‘Ulama salafus sholeh membagi tentang macam-macam rizqi. Rizqi itu ada empat macam, yaitu:
1. Rizqi Madmun
Rizqi Madmun yaitu rizqi yang sudah dijamin oleh اللّٰه untuk membangun dan menguatkan jismani sebagai sarana ibadah kepada اللّٰه SWT. Rizqi ini diberikan kepada semua mahluk-NYA, seperti oksigen sehingga semua mahluk bisa bernafas, cahaya matahari, makanan, pakaian dan lain sebagainya. Di beri rizqi pakaian bukan untuk pamer kepada orang lain tapi untuk menutupi aurat. Firman اللّٰه :
وَمَا مِنْ دَآبَّةٍ فِى الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا …
“Dan tidak satupun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi ini melainkan semuanya sudah dijamin اللّٰه SWT urusan rizqinya…” (QS. Hud/11: Ayat 6)
2 . Rizqi Maksum
Rizqi yang jumlah bagiannya/takarannya sudah ditetapkan اللّٰه SWT. Oleh karenanya tidak boleh membanding-bandingkan dalam urusan bagian rizqi. Sebagai contoh bahwa اللّٰه memberi rizqi maksum, dalam satu keluarga saja berbeda bagian rizqinya antara kakak dan adiknya.Contoh lainnya, seseorang yang berbisnis dengan jenis usaha yang sama kenapa si A bisa rizqinya bisa berlimpah tapi si B rizqinya biasa-biasa saja. Ini bukti bahwa اللّٰه SWT membedakan bagian rizqi setiap hamba-NYA.Termasuk dalam hal ini ada manusia yang kaya raya , sederhana bahkan ada juga orang miskin harta itu semua sudah menjadi ketetapan اللّٰه SWT di alam ajalinya.
Bukanlah karena bekerja keras atau berdagang 24 jam, yang bisa menyebabkan seseorang menjadi kaya raya. Kalau memang bekerja keras atau berdagang 24 jam itu bisa membuat seseorang menjadi kaya raya, berarti semua orang yang bekerja atau yang berdagang 24 jam mestinya jadi kaya raya tapi pada kenyataannya, tidak semua orang bekerja atau berdagang 24 jam itu menjadi kaya raya. Karena seseorang menjadi kaya raya dan tidaknya adalah sudah menjadi ketentuan Taqdir اللّٰه SWT di alam ajalinya.
Hati-hati memahami tentang hal ini jangan sampai gagal faham sehingga terjerumus ke dalam pemahaman Jabariyah atau Qodariyah . Rosululloh SAW bersabda :
كتب الله مقادير الخلا ئق قبل أن يخلق السماوات زالأرض بخمسبن ألف سنة
“Telah menulis اللّٰه , taqdir seluruh makhluk sejak lima puluh ribu tahun sebelum اللّٰه menciptakan langit dan bumi.” ( HR. Muslim dalam Shohih-nya dari ‘Abdulloh bin ‘Amr bin al-‘Ash rodhiyallahu ‘anhuma , diriwayatkan pula oleh Tirmidzi , Imam Ahmad (II/169), Abu Dawud )
Firman اللّٰه :
ٱللَّهُ يَبۡسُطُ ٱلرِّزۡقَ لِمَن يَشَآءُ مِنۡ عِبَادِهِۦ وَيَقۡدِرُ لَهُۥٓ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ بِكُلِّ شَيۡءٍ عَلِيمٞ
Artinya : ” اللّٰه melapangkan rizqi bagi orang yang DIA kehendaki di antara hamba-hamba-NYA dan DIA (pula) yang membatasi baginya. Sungguh, اللّٰه Maha Mengetahui segala sesuatu.”
(QS. Al-‘Ankabut/29: Ayat 62)
Firman اللّٰه :
أَوَلَمْ يَعْلَمُوٓا أَنَّ اللَّهَ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَآءُ وَيَقْدِرُ ۚ …
“Dan tidakkah mereka mengetahui bahwa اللّٰه melapangkan rizqi bagi siapa yang DIA kehendaki dan membatasinya (bagi siapa yang DIA kehendaki) …”
(QS. Az-Zumar/39: Ayat 52)
Firman اللّٰه :
قُلْ إِنَّ رَبِّى يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَآءُ وَيَقْدِرُ وَلٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
“Katakan, sesungguhnya Tuhanku melapangkan rizqi bagi siapa yang DIA kehendaki dan membatasinya (bagi siapa yang DIA kehendaki), tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya.”
(QS. Saba/34: Ayat 36)
Firman-NYA lagi:
قُلْ إِنَّ رَبِّى يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَآءُ مِنْ عِبَادِهِۦ وَيَقْدِرُ لَهُ…
“Katakan, sesungguhnya Tuhan melapangkan rizqi dan membatasinya bagi siapa yang DIA kehendaki di antara hamba-hamba-NYA…”
(QS. Saba/34: Ayat 39)
Dari ayat-ayat diatas sangat jelas bahwa pembagian rizqi seorang hamba, besar dan kecilnya, sedikit dan banyaknya sudah menjadi pengaturan اللّٰه SWT. Tugas kita hanya memaksimalkan ikhtiar, ikhtiar dhohir dan bathin. Setelah berikhtiar kemudian bertawakal-lah kepada اللّٰه SWT.
3 . Rizqi Mamluk
Rizqi Mamluk yaitu rizqi yang hanya bisa di miliki tapi tidak bisa dimakan seperti tanah, rumah, kendaraan, alat elektronik dan lain sebagainya.
Ada orang yang rizqi Mamluk-nya besar tapi rizqi Madmun-nya kecil.
Contoh: Sawahnya luas, rumahnya megah tapi makan nasi dibatasi, makan daging tidak boleh karena penyakitan.
Ada orang yang rizqi Mamluk-nya kecil tapi rizqi Madmun-nya besar.
Contoh: Sawah tidak punya, rumah juga baru bisa sewa tapi makan enak sering, baju bagus banyak.
4. Rizqi Ma’uud
Rizqi Ma’ud yaitu rizqi yang اللّٰه janjikan hanya untuk orang-orang yang taqwa/orang yang sholeh saja .
Firman اللّٰه :
… أَنَّ الْأَرْضَ يَرِثُهَا عِبَادِىَ الصّٰلِحُونَ
“… bahwa sesungguhnya bumi ini akan di warisi oleh hamba-hamba-KU yang sholeh.”
(QS. Al-Anbiya/21: Ayat 105)
Firman اللّٰه :
…وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُۥ مَخْرَجًا
“… Barangsiapa yang bertaqwa kepada اللّٰه pasti DIA(اللّٰه SWT) menjadikan baginya jalan keluar (dari setiap persoalan dan permasalahan hidup),”
وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ ۚ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُۥٓ ۚ إِنَّ اللَّهَ بٰلِغُ أَمْرِهِۦ ۚ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَىْءٍ قَدْرًا
“dan DIA(اللّٰه SWT) memberi rizqi bagi orang yang taqwa, rizqi yang tak terhitung jumlahnya. Dan barangsiapa bertawakal kepada اللّٰه , pastilah اللّٰه mencukupkan (kebutuhan)nya. Sesungguhnya اللّٰه melaksanakan urusan-NYA. Sesungguhnya, اللّٰه telah menjadikan suatu ketetapan bagi segala sesuatu.”
(QS. At-Tholaq/65: Ayat 2-3)
Firman اللّٰه :
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَىٰ آمَنُوا وَاتَّقَوْالَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ
“Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami (اللّٰه SWT) akan melimpahkan kepada mereka berbagai barokah dari langit dan bumi ,…” (QS. Al-‘Arof/7: Ayat 96)
Menafsirkan QS. AL ‘Arof/7: Ayat 96, Abdullah bin Abbas ra mengatakan:
لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ
“Pastilah Kami lapangkan kekayaan untuk mereka dan Kami mudahkan bagi mereka untuk mendapatkannya dari segala arah”. (Tafsir Abi As-Su’ud jilid 3 hal.253)
Guru Agung Sayyidi Syeikh Muhyiddin Muhammad Abdul Gaos Saefulloh Maslul Al Quthub Ash Shomadani Al Mahdi ra qs memberi taujihat tentang mesti punya keyaqinan yang kuat terhadap bagian rizqi dari Alloh SWT, beliau bersabda:
“Segala sesuatu yang telah digariskan اللّٰه SWT jadi milik kita, bagian rizqi kita, tidak akan kemana-mana. Dunia akan mencari tuan-nya sendiri. Meskipun ditipu, dicuri, dirampas, atau diganjal, kalau sesuatu itu sudah ditetapkan oleh Yang Maha Menetapkan sudah jadi milik kita maka akan kembali kepada kita, yang hilang pun akan diganti.”
___________________
Syarahan dari artikel Abah Jagat Al Kholish Al Amin, Ph.D.