Oleh: K.H. Mahmud Jonsen Al Maghribi, M.Si.
(Wakil Talqin Syaikh Muhammad Abdul Gaos Saefulloh Maslul dari Tanggerang)
12 Januari 2018
Kita sering mendengar pengersa Abah memberikan apresiasi kepada para Ahli ilmu (Profesor Doktor) yang telah memberikan ilmunya kepada kita.
Mengapa?
Karena pengersa Abah perlu dengan ilmunya mereka untuk kita para ikhwan yang kurang ilmu, tapi memiliki cita-cita yang tinggi untuk mencapai ridho الله. Ahli Ilmu itu diperlukan oleh pengersa Abah dalam rangka membantu beliau dalam mengamalkan, mengamankan dan melestarikan ajaran TQN PPS.
Dalam hal ini pengersa Abah pernah mengatakan, “Sebagaimana nabi Musa yang memohon agar dibantu oleh nabi Harun, maka demikian pula dengan Abah, Abah juga memohon agar dibantu oleh para Harun-harun (Ahli ilmu)”.
Nabi Musa as. Berdoa kepada الله dalam (QS. Thaaha : 25-35) :
قَالَ رَبِّ اشْرَحْ لِيْ صَدْرِيْ وَيَسِّرْ لِيْ أَمْرِيْ وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِّنْ لِّسَانِيْ يَفْقَهُوْا قَوْلِيْ وَاجْعَلْ لِّيْ وَزِيْرًا مِّنْ أَهْلِيْ هٰرُوْنَ أَخِى اشْدُدْ بِهٖ أَزْرِيْ وَأَشْرِكْهُ فِيْ أَمْرِيْ ۙ كَيْ نُسَبِّحَكَ كَثِيْرًا ۙ وَنَذْكُرَكَ كَثِيْرًا إِنَّكَ كُنْتَ بِنَا بَصِيْرًا
Robbisy rohlii shodri, wayassirlii amrii, wahlul ‘uqdatammil lisaani, yafqohuu qoulii. Waj’al lii waziirom min ahlii haaruuna akhiisydud bihi azrii, wa-asyrik-hu fii amrii, kay nusabbihaka katsiiron, wa nadz kuroka katsiiron, innaka kunta binaa bashiiron
Dia (Musa) berkata, “Ya Tuhanku, lapangkanlah dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, agar mereka mengerti perkataanku, dan jadikanlah untukku seorang pembantu dari keluargaku, yaitu Harun, saudaraku, teguhkanlah kekuatanku dengan (adanya) dia, dan jadikanlah dia teman dalam urusanku, agar kami banyak bertasbih kepada-Mu, dan banyak mengingat-Mu, sesungguhnya Engkau Maha Melihat (keadaan) kami.”
Itulah makanya saya sering mengatakan, “Hanya orang yang berilmu yang memuliakan Ilmu beserta Ahlinya”. Artinya hanya orang yang bodoh yang tidak memuliakan Ilmu dan Ahlinya. Tuan Syekh Abdul Qodir bersabda, “Seberapapun tingginya ilmu yang disampaikan, bagi orang bodoh yang tidak peduli dengan ilmu maka ilmu tersebut tidaklah ada manfaat baginya”. Demikan pentingnya ilmu, sebab tidak akan sampai seseorang kepada Alloh tanpa dengan ilmu.
Kita ini, sebagai ikhwan terkadang terlalu pede, menganggap dirinya sudah sampai kepada Alloh lalu mengabaikan ilmu. Sebagai contoh, ketika pengersa Abah menyampaikan maklumat untuk membaca Manqobah ke-15 selama 15 kali dalam manaqib, yang di dalam manqobah tersebut ada ungkapan “Namamu dibuat seperti Nama-Ku”. Nah, tanpa didasari dengan ilmu, ada sebagian ikhwan berpendapat bahwa dzikir khofi bisa dengan sebutan “Abah-Abah”. Hal ini saya dengar dari Kiyai Rusydi. Kata beliau tidaklah benar demikian, dan ternyata pendapat Kiyai Rusydi tersebut juga dibenarkan oleh pengersa Abah. Ketika itu spontan saya katakan kepada beliau, itulah perlunya Ahli Ilmu yang menjadi saksi.
Ada lagi pendapat kepedean yang pernah saya dengar dari ikhwan, “Kita mah sudah merdeka, tinggal bermain-main saja di dunia ini, sebab kita sudah dijamin pasti selamat”. Nah, ungkapan seperti ini kalau dipahami secara umum maka sangatlah keliru dan akan berakibat fatal.. Seperti saya juga pernah kepedean dalam memahami Manqobah Tuan Syekh Abdul Qodir, “Muridku tidak akan diambil nyawanya kecuali dia dalam keadaan bertobat”. Saking pedenya, manqobah tersebut saya pahami, bahwa kalau kita sedang bermaksiat maka nyawa kita tidak akan diambil. Hati-hati, kalau kita memahami tidak dengan ilmu maka kita akan terjerumus, beruntung di tengah-tengah kita ada pengersa Abah yang selalu membimbing kita kepada jalan yang benar, yaitu jalan oarang-orang yang lurus.
Ingat do’a yang sudah dikemas oleh pengersa Guru Agung untuk kita (QS. Al Fath:10), itu maksudnya agar kita selalu mengingat Janji/Bay’at (Talqin) yang telah kita lakukan.
إِنَّ الَّذِينَ يُبَايِعُونَكَ إِنَّمَا يُبَايِعُونَ اللَّهَ يَدُ اللَّهِ فَوْقَ أَيْدِيهِمْ ۚ فَمَنْ نَكَثَ فَإِنَّمَا يَنْكُثُ عَلَىٰ نَفْسِهِ ۖ وَمَنْ أَوْفَىٰ بِمَا عَاهَدَ عَلَيْهُ اللَّهَ فَسَيُؤْتِيهِ أَجْرًا عَظِيمًا
“Bahwasanya orang-orang yang berjanji setia kepada kamu sesungguhnya mereka berjanji setia kepada الله. Tangan الله di atas tangan mereka, maka barangsiapa yang melanggar janjinya niscaya akibat ia melanggar janji itu akan menimpa dirinya sendiri dan barangsiapa menepati janjinya kepada الله maka الله akan memberinya pahala yang besar.“
Perhatikan, “Faman nakatsa fainnamaa yankutsu ‘alaa nafsihi” (maka barangsiapa yang melanggar janjinya niscaya akibat ia melanggar janji itu akan menimpa dirinya sendiri. Bai’at sama halnya dengan Jual-Beli, kalau kita mengamalkan apa yang sudah kita perjual belikan, maka “Fastabshiruu bi bai’ikumulladzii baya’tumbih” (Maka bergembiralah dengan jual-beli yang telah kamu lakukan itu), sebaliknya jika kita tidak mengamalkannya maka akibatnya akan menimpa pada diri kita.
Para ikhwan yang berbahagia,
Pada umumnya, hubungan الله dengan hamba-Nya adalah hubungan Al Kholiq dan Makhluk Ciptaan-Nya, dimana sebagai makhluk ciptaan kita diwajibkan menyembah Sang Pencipta. “Wamaa kholaqtul jinna wal insa illaa liya’buduun” (Tidak Aku jadikan Jin dan Manusia itu kecuali hanyalah untuk menyembah-Ku). Ini hubungan secara umum, tapi ada hubungan secara khusus, ibarat pedagang dengan pembeli, dimana si pedagang menjual dan si pembeli membeli
Mudah-mudahan kita selalu dalam bimbingan pengersa Abah Aos, al faatihah….
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.