Oleh: K.H. Muhammad Aang Rahmat Setiarasa
(Wakil Talqin Syaikh Muhammad Abdul Gaos Saefulloh Maslul Ra Qs dari Bandung)
معصية اورثت ذلا وافتقارا خير من طاعة اورثت عزا واستكبارا
“Maksiat yang menimbulkan perasaan hina dan faqir lebih baik daripada taat yang menimbulkan perasaan mulia dan sombong.”
Pernyataan ini bukanlah perintah untuk bermaksiat, melainkan perintah untuk merasa hina dan faqir di hadapan الله. Ini juga bukan penjelasan tentang keutamaan maksiat, tetapi tentang pentingnya rasa hina dan rendah hati.
Banyak orang yang rajin beribadah, tetapi justru hina di pandangan الله karena kesombongan dalam ketaatannya. Sebaliknya, ada orang yang tampak malas beribadah dan dipandang penuh dosa oleh manusia, tetapi justru mulia di sisi الله karena ketawadhuannya.
Namun, yang paling utama adalah mereka yang banyak taatnya dan semakin merasa hina di hadapan Allah. Sedangkan yang paling hina adalah mereka yang banyak bermaksiat tetapi merasa dirinya mulia.
Hadrot Syaikh Pangersa Abah Aos QS mengajarkan untuk giat dalam ibadah dan senantiasa menjaga hati agar tetap tawadhu melalui dzikrullah.
Setitik kesombongan dalam hati—merasa lebih baik dari orang lain—dapat menghanguskan seluruh amal ibadah kita. Ketawadhuan sejati tidak bisa diakui, tetapi harus benar-benar terasa dalam hati.
Sebab, seseorang yang mengaku tawadhu justru merupakan orang yang paling sombong.