Oleh: Syaikh Muhammad Abdul Gaos Saefulloh Maslul Ra Qs
(Wali Mursyid TQN Suryalaya Sirnarasa ke 38)
Talqin artinya mengajarkan, hampir dekat dengan ta‘lim yang artinya mengajarkan. Nabi Muhammad saw pun menerima pengajaran الله melalui kalam-Nya, yaitu malaikat jibril as ketika di gua hiro. Sebagaimana Firman-nya :
الَّذِيْ عَلَّمَ بِالْقَلَمِۙ – ٤
Arab-latin: Allażī ‘allama bil-qalam
Artinya: “Yang mengajar (manusia) dengan pena”
عَلَّمَ الْاِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْۗ – ٥
Arab-latin: ‘Allamal-insāna mā lam ya’lam
Artinya: “Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.”
Yang dimaksud dengan kalam pada ayat tersebut adalah lisan malaikat Jibril as. Bukan kalam yang selalu dipegang dengan tangan manusia.
Lisan malaikat jibril adalah kalam الله untuk Nabi Muhammad saw, sedangkan kalam الله untuk mengajarkan Al Qur’an kepada para sahabat adalah lisan nabi Muhammad saw dan kalam الله untuk mengajarkan Al Qur’an kepada para pengikut Nabi Muhammad saw adalah dengan lisan orang-orang yang ma’rifat kepada Alloh yakni para Mursyid.
Syekh Daud al Kabir bin Makhola ra menyatakan:
“Lisan ahli ma’rifat adalah kalam الله untuk menulis/menetapkan sesuatu didalam hati para murid yang seumpama papan tulis.”
Ada kalanya kalam الله tersebut tertuliskan ke dalam hati tanpa diketahui makna dan penjelasannya ketika melihat tanda-tanda kebesarannya, baik secara Tanziliyyah maupun secara Kauniyah.
Tanziliyyah maksudnya adalah sesuatu yang turun ke dalam hati berupa Ilham, sedangkan kauniyah merupakan kejadian aneh yang tidak diduga-duga sebelumnya, berupa karunia dhohir. Berkenaan dengan ini Syekh Daud menjelaskan :
“Rasa itu punya lisan, ruh juga punya lisan dan akal juga punya lisan.” (Ath Thobaqotul Qubro/I/191)
Sumber: Lautan Tanpa Tepi halaman 65