MAQOM KEWALIAN

admin111
admin111
3 Min Read

Oleh: K.H. Budi Rahman Hakim, MSW., P.h.D.
[Pembantu Khusus ABAH AOS]
26 Februari 2016

Semalam dari Sirnarasa, kembali Pangersa Abah menegaskan tentang refleksi sejati Amaliyah dzikrulloh dalam bingkai Thoriqoh adalah peranserta para ikhwan/murid dalam pembangunan Agama dan Negara serta Peradaban Dunia. Para pengamal dzikir ini harus tampil jadi pelopor dan berada di baris depan dalam kerja nyata pembangunan. Pangersa Abah Aos pernah manyampaikan, “Dzikir itu harus ada bekasnya. Sesuatu terlewati air, basah; Sesuatu terjilat api, gosong. [Ari Dzikir teh kudu aya urutna euy. Geuning, kaliwatan cai, baseuh; Kaliwatan seuneuh, tutung]” sebagaimana Sabda Nabi Muhammad Sholllallohu ‘alaihi wassalam

خَيْرُ الناسِ أَنفَعُهُم لِلنَّاسِ

“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.” (Hadits Riwayat ath-Thabrani, Al-Mu’jam al-Ausath, juz VII, hal. 58, dari Jabir bin Abdullah r.a.. Dishahihkan Muhammad Nashiruddin al-Albani dalam kitab: As-Silsilah Ash-Shahîhah)

- Advertisement -

Kewalian dari amaliyah ini semakin ke dalam dan dalam, maka semakin besar dan tinggi keperansertaan mereka dalam memberikan kemanfaatan kepada kehidupan di dunia ini. Maqom kewalian murid Sulthon Awliya Abah Aos dapat diukur dengan mudah dari aktualisasi dirinya di dalam kehidupan pribadi, berkeluarga, kerabat, bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan sebagai penduduk dunia. Semakin baik dan bermanfaat semakin tinggi ia.

Semakin besar kontribusi kemanfaatan murid Pangersa Abah terhadap kemanusiaan dan peradaban maka semakin tinggi Maqom kewaliannya. Dari lisan Pangersa, pada akhirnya tinggi rendahnya derajat kewalian seorang murid bermuara kepada sabda Kanjeng Nabi Muhammad Shollallohu ‘Alaihi Wassalam:

الْمُؤْمِنُ يَأْلَفُ وَيُؤْلَفُ، وَلَا خَيْرَ فِيمَنْ لَا يَأْلَفُ، وَلَا يُؤْلَفُ، وَخَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ

“Orang beriman itu bersikap ramah dan tidak ada kebaikan bagi seorang yang tidak bersikap ramah. Dan sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia.” (HR. Thabrani dan Daruquthni)

Buktikan karya nyata, Dzikir enak dan nikmat ini bukan Cuma enak dan dinikmati sendiri dan menurut sendiri, orang lain juga harus ikut merasakan lezatnya (Zauq) berthoriqoh Dzikrulloh. Pangersa Abah Aos menyebut salah satu puncak Zauq Guru Agung Abah Anom ialah saat ia berhasil membangun Bendungan dan Irigasi Citanduy, terletak 3 km dari kampung Godebag. DAM yang diberi nama Nur Muhammad itu berhasil mengaliri jutaan hektar sawah di kawasan itu.

Dengan demikian, kenikmatan berdzikir Abah Anom bukan hanya dinikmati sendiri oleh beliau, bahkan dinikmati mereka yang menentang dan anti Thoriqoh yang sawahnya teraliri irigasi dan jadi produktif karenanya. Subhanalloh. Atas Karomah kewalian Abah Anom ini pula, negara melalui Presiden Suharto menganugrahkan penghargaan kepada Abah Anom, sebagai pemuka agama pertama di Indonesia yang telah menjadi teladan dan berhasil membuat karya nyata pembangunan di wilayahnya.

Semoga kita bisa menapaki tangga kewalian kita, dengan Istiqomah berdzikir dan berkemampuan besar memberikan kemanfaatan untuk kemanusiaan dan peradaban di manapun kita berada. Bibarokah wal karomah seluruh wali Alloh jalur TQN PP Suryalaya khusus Abah Sepuh, Abah Anom dan Hadrotulwalid Abah Aos Alfatihah. Amin.

Share This Article
Leave a comment