Minggu, 8 Januari 2023. Pengajian Anti Gempa, Manaqib Internasional Tuan Syaikh Abdul Qodir Al Jaelani dihadiri oleh puluhan ribu jama’ah yang hadir dari hampir seluruh penjuru wilayah Indonesia hingga Mancanegara. Pengajian ini berlangsung dengan Khidmat, ikut hadir juga para kyai, pimpinan pesantren, tokoh-tokoh agama hingga Da’i Nasional dari berbagai daerah di seluruh republik Indonesia.
Jama’ah sudah mulai memadati Kawasan lingkungan Masjid Istiqlal mulai dari Malam hari, dan membludak pada pukul tiga dini hari. Rangkaian acara dimulai dari Dzikir berjama’ah sebelum subuh, Sholat subuh berjama’ah, kuliah subuh hingga Amaliyah Manaqib.
Turut hadir juga Wali Mursyid Thoriqoh Qodiriyyah Naqsyabandiyyah Pondok Pesantren Suryalaya Syaikh Muhammad Abdul Gaos Saefulloh Maslul didampingi oleh para Wakil Talqin yang semenjak pukul tiga pagi sudah berada di Lantai Utama Masjid Istiqlal.
Dalam Kesempatan Khidmat Ilmiah, Syaikh Muhammad Abdul Gaos atau yang lebih akrab disapa dengan Pangersa Abah Aos menyampaikan keprihatinan beliau terhadap kesalahan penulisan yang tersebar dalam penulisan Al-Qur’an. Salah satunya yang disorot adalah penulisan nama “Alloh”, beliau dengan keras menegaskan bahwa penulisan yang benar adalah dengan menggunakan huruf “o” bukan “a” (Allah) yang selama ini digunakan dalam berbagai macam cetakan Al Qur’an hingga karya-karya ilmiah Islami.
Penyebutan “Allah” sebagai nama terhadap tuhan yang dipercaya, justru digunakan oleh saudara-saudara kita dari kalangan umat Nasrani, dan Pangersa menyampaikan bahwa “Laitsa Kamitslihi Syaiun” yang bermakna Alloh tidak dapat disamakan dengan apapun, sehingga mesti ada perbedaan dalam penulisan dan juga penyebutan pada nama tersebut baik itu antara umat Islam atau dengan umat beragama lainnya.
Abah Aos juga menyoroti perihal semakin bertambahnya Jumlah partai yang mewarnai dunia politik Indonesia. Dalam beberapa kesempatan, beliau kerapkali menyampaikan bahwa partai itu merupakan kepanjagan dari Saling LemPAR TAI, dan dengan lugas menegaskan bahwa semakain banyak partai di Indonesia maka negara akan semakin sembrawut. Pernyataan ini beliau dengar langsung dari Guru Agung Abah Anom pada tahun 1970-an.
Dan beliau juga menyimpulkan bahwa nanti hanya akan dua Partai saja: AGAMA dan NEGARA. Jika tinggal hanya ada dua partai tersebut, maka Negara pasti akan sejahtera.