Oleh: K.H. Luqman Kamil Ashiddiq, S.Pd.I.
(Wakil Talqin Pangersa ABAH AOS dari Cimahi)
Tashowwuf itu seluruhnya adalah adab (Akhlaq). Akhlaq yang baik, yang meliputi Akhlaq kepada الله dan manusia adalah merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan hidup seseorang, baik urusan dunia maupun akhirat. Rosululloh SAW bersabda :
مَا مِنْ شَيْءٍ يُوضَعُ فِي الْمِيزَانِ أَثْقَلُ مِنْ حُسْنِ الْخُلُقِ وَإِنَّ صَاحِبَ حُسْنِ الْخُلُقِ لَيَبْلُغُ بِهِ دَرَجَةَ صَاحِبِ الصَّوْمِ وَالصَّلَاةِ
[ رَوَاهُ التِّرمِذِيُّ ]
“Tidak ada sesuatu yang lebih berat dalam timbangan (الله) daripada akhlaq yang baik, dan sesungguhnya orang yang berakhlaq baik akan mencapai derajat orang yang berpuasa dan sholat.” [HR. TIRMIDZI]
Lebih dari itu, di antara faktor yang paling banyak menyebabkan orang masuk surga adalah akhlaq yang baik.
سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ أَكْثَرِ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ الْجَنَّةَ فَقَالَ تَقْوَى اللَّهِ وَحُسْنُ الْخُلُقِ وَسُئِلَ عَنْ أَكْثَرِ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ النَّارَ فَقَالَ الأجوفان الْفَمُ وَالْفَرْجُ
“Rosululloh ditanya tentang sebab yang terbanyak yang memasukkan manusia ke surga. Beliau menjawab : TAQWA kepada الله dan AKHLAQ YANG BAIK. Lalu ditanya tentang sebab yang paling banyak menjerumuskan manusia ke neraka, beliau menjawab: dua lubang yaitu MULUT dan KEMALUAN.”
Perlu diketahui, bagi kita Ikhwan TQN Suryalaya dibawah bimbingan Silsilah ke 38 ketika disebutkan kalimat surga atau neraka, jangan berfikir nanti pasca kematian. Surga itu adalah suatu keadaan tenang, nyaman, aman dan berkecukupan. Neraka itu adalah suatu keadaan yang selalu bingung dan cemas, kesempitan, dan hal-hal yang menyakitkan.
Maka gambaran surga dan neraka bisa dirasakan sejak sekarang ketika didunia. Dan perlu penulis tegaskan bahwa surga dan neraka itu dibikin oleh kita sendiri.
Jika melihat penjelasan hadits diatas, ada dua hal yang bisa memasukan ke surga yaitu taqwa kepada الله dan Akhlaq yang baik. Maka sejatinya ibadah seseorang kepada الله harus berbuah atau melahirkan akhlaq yang baik.
Karena, tidak dikatakan baik seseorang yang ibadah kepada Alloh-nya rajin tapi akhlaqnya kepada manusia terutama akhlaq kepada kedua orang tua tidak baik. Ingat! bahwa ridho الله ada dalam ridhonya kedua orang tua. Sebagaimana sabda Rosul SAW :
عَنْ عَبْدُ الله بن عَمْرٍو رضي الله عنهما قال قال رسولُ الله صلى الله عليه وسلم: رِضَى اللهُ فى رِضَى الوَالِدَيْنِ و سَخَطُ الله فى سَخَطُ الوَالِدَيْنِ
( اخرجه الترمذي وصححه ابن حبان والحاكم )
Artinya :
“Dari Abdulloh bin ‘Amrin bin Ash ra ia berkata bahwa Nabi SAW telah bersabda : “ Keridhoaan الله itu terletak pada keridhoan kedua orang tua dan murka Alloh itu terletak pada murka kedua orang tua”. [HR. TIRMIDZI]
Dalam riwayat yang lain dijelaskan :
كُلُّ الذُّنُوْبِ يُوءَخِرُ ﷲُ مِنْهَا مَا شَاءَ اِلَی يَوْمَ الْقِيَامَۃِ اِلاَّ عُقُوقَ الْوَ الِدَيْنِ فَاِنَّ ﷲَ يَعَجِّلُهُ لِصَاحِبِهِ فِی الْحَيَاۃِ وَقَبْلَ الْمَمَاتِ .
“Semua dosa, siksaan-nya ditangguhkan oleh الله sekehendak-NYA sampai hari kiamat kecuali DURHAKA kepada kedua orang tua maka الله akan mempercepat siksaan baginya diwaktu masih hidup sebelum mati”[HR. HAKIM]
Tentang siapa saja kedua orang tua itu , Rosul SAW menjelaskan dalam sebuah hadits:
آبَاؤُكَ ثَلَاثَةٌ أَبُوْكَ الَّذِي وَلَدَكَ وَالَّذِي زَوَّجَكَ اِبْنَتَهُ وَالَّذِي عَلَّمَكَ وَهُوَ أَفْضَلُهُمْ.
Orangtuamu ada tiga :
1. Orang yang telah melahirkanmu
2. Orang yang menikahkanmu dengan anaknya dan
3. Orang yang mengajarimu (ilmu) dan yang terakhir ini adalah yang paling utama .
[ Al ‘Athiyyah Al Haniyyah : 23 ]
Abu Sahal Al Shu’luki sebagaimana dikutip Imam Nawawi dalam kitab At Tahdzib mengatakan:
عُقُوْقُ الوَالِدَيْنَ تَمْحُوْهُ التَّوْبَةُ وَعُقُوقُ الأُسْتَاذِيْنَ لَا يَمْحُوْهُ شَيْءُ البَتَّةَ.
“Durhaka kepada orang tua dosanya bisa hapus dengan taubat, tapi durhaka kepada guru tidak dapat dihapus oleh sesuatu apa pun”.
‘Ulama lainnya berkata :
وأضر شيء على المريد تغير قلب الشيخ عليه
“Paling berbahayanya bagi seorang murid adalah BERUBAHNYA hati dari seorang guru kepadanya”
ولو اجتمع على إصلاحه بعد ذلك مشايخ المشرق والمغرب لم يستطيعوه إلا أن يرضى عنه شيخه
“Jikalau semua guru dari timur dan barat berkumpul untuk memperbaiki keadaan si murid , maka mereka tidak akan mampu ( merubah keadaan ) kecuali gurunya telah ridho kembali kepadanya .”
Berkata al-Habib Muhammad bin ‘Alwi bin Abbas Al Maliki :
أغضب من الطالب الذي لا يحترم أستاذه ولو كان الأستاذ صاحبه
“Aku marah terhadap orang yang belajar ilmu yang tidak menghormati gurunya , meskipun sang ustadz adalah temannya.”
Berkata Imam Nawawi :
ينبغى للمتعلم أن يتواضع لمعلمه ويتأدب معه
“Seyogyanya bagi seorang murid harus merendahkan diri kepada gurunya dan beradab kepadanya.”
وإن كان أصغر منه سنا واقل شهرة ونسبا وصلاحا لتواضعه يدرك العلم
“Meskipun sang guru lebih muda, tidak populer dan lebih rendah nasab serta kesholehannya dari sang murid, karena ilmu bisa di peroleh dengan kerendahan diri dari seorang murid.”
(Diiwaan Al Imam Asy Syafi’i hal 41)
تَصَبَّرْ عَلَى مُرِّ الجَفَا مِنْ مُعَلِّمٍ ## فَإِنَّ رُسُوْبَ الْعِلْمِ فِيْ نَفَرَاتِهِ
“Sabarlah engkau dalam pahitnya menghadapi guru yang tegas ##
Karena kegagalan dalam menuntut ilmu disebabkan lari meninggalkannya .”
Kisah tentang akhlaq ulama salafus sholeh berikut bisa jadikan teladan dalam beradab kepada guru. Imam Nawawi ketika hendak belajar kepada gurunya, beliau selalu bershodaqoh di perjalanan dan berdoa:
“Ya الله, tutuplah dariku kekurangan guruku, hingga mataku tidak melihat kekurangannya dan tidak seorangpun yang menyampaikan kekurangan guruku kepadaku ”. (Lawaqih al Anwaar al Qudsiyyah: 155)
Ketahuilah …, keberkahan ilmu, Rizqi, dan keberkahan hidup secara umum bisa diraih dengan cara berkhidmat dan ber-adab terhadap Guru.
الاَدَبُ فَوْقَ العِلْمِ
“Adab itu berada diatasnya ilmu “.
Bagi para penuntut ilmu/murid, silahkan berkhidmat sesuai porsi dan kapasitas serta caranya masing-masing. Disamping berkhidmat, seorang yang ingin meraih keberkahan hidup harus bisa menjaga adab terhadap Gurunya. Belajar thoriqoh itu belajar agar kita mampu beradab. Adab zhohir dan adab bathin .
Semoga bermanfaat.
Salam Ikroman wa Ta’zhiman wa Mahabbatan