Oleh: Syaikh Muhammad Abdul Gaos Saefulloh Maslul Ra Qs
(Mursyid TQN PP Suryalaya Silsilah ke 38)
Pernahkah terpikir dalam benak ikhwan sekalian bahwa sesuatu yang kita anggap sepele bisa mengakibatkan sesuatu yang Besar dan berakibat fatal. Sebagai contoh seorang manusia tidak Pernah tersedak oleh tulang belulang ikan yang besar tetapi oleh duri ikan yang sangat kecil bahkan halus. Begitu pula jumlah manusia yang ditakdirkan meninggal dengan perantaraan seekor hewan kecil bernama nyamuk yang ternyata lebih banyak ketimbang mereka yang mati yang dimangsa oleh harimau buas.
Itu pula Sebabnya الله SWT tidak segan-segan mengumpamakan berbagai Kejadian di alam dunia ini salah satu di antaranya dengan perumpamaan seekor nyamuk seperti firman-Nya dalam surat Al Baqarah Ayat 26 yang artinya:
اِنَّ اللّٰهَ لَا يَسْتَحْيٖۤ اَنْ يَّضْرِبَ مَثَلًا مَّا بَعُوْضَةً فَمَا فَوْقَهَا ۗ فَاَ مَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا فَيَعْلَمُوْنَ اَنَّهُ الْحَـقُّ مِنْ رَّبِّهِمْ ۚ وَاَ مَّا الَّذِيْنَ كَفَرُوْا فَيَقُوْلُوْنَ مَا ذَاۤ اَرَا دَ اللّٰهُ بِهٰذَا مَثَلًا ۘ يُضِلُّ بِهٖ كَثِيْرًا وَّيَهْدِيْ بِهٖ كَثِيْرًا ۗ وَمَا يُضِلُّ بِهٖۤ اِلَّا الْفٰسِقِيْنَ ۙ
“Sesungguhnya الله tidak segan membuat perumpamaan seekor nyamuk atau yang lebih kecil dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, mereka tahu bahwa itu kebenaran dari Tuhan. Tetapi mereka yang kafir berkata, Apa maksud الله dengan perumpamaan ini? Dengan (perumpamaan) itu banyak orang yang dibiarkan-Nya sesat, dan dengan itu banyak (pula) orang yang diberi-Nya petunjuk. Tetapi tidak ada yang Dia sesatkan dengan (perumpamaan) itu selain orang-orang fasik,” (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 26)
Melalui contoh yang telah diperagakan oleh الله SWT di atas maka sebagai Ikhwan sudah saatnya kita mawas diri jangan sampai kita pun sebenarnya telah mengalami bala yang besar yaitu Berpisah dengan guru hanya karena persoalan yang kita anggap Kecil. Sebagai contoh dalam kasus Pemilu yang lalu banyak sekali Ikhwan yang mengambil jalan sendiri-sendiri. Mereka beranggapan bahwa urusan Pemilu adalah urusan yang tidak perlu campur tangan guru dan patuh kepada guru hanya karena urusan masalah tata cara dzikir dan amaliah-amaliah ibadah saja.
Padahal yang dimaksud patuh kepada guru itu adalah melaksanakan Semua yang menjadi ketetapan guru baik yang tersurat maupun yang tersirat tanpa bertanya ‘mengapa begini, mengapa begitu’ sebab jika seorang murid sering melakukan reserve seperti itu efeknya akan membuat murid tersebut tidak akan pernah mendapatkan kebahagiaan. Naudzubillahi min dzalik.
Lebih-lebih dalam persoalan amaliah ibadah, seorang murid jangan sampai menambah atau mengurangi apa-apa yang Telah dicontohkan oleh beliau lebih-lebih kalau menghentikan Amaliah. Dengan kata lain, semuanya harus seragam. Jangan Sampai terjadi misalnya ikhwan di tempat A masih melakukan Amaliah shalat sunat lidaf’il bala ba’da shalat Isya sedangkan di Tempat B sudah tidak pernah lagi yang pada akhirnya akan Membuat para ikhwan khususnya yang baru menjadi gamang Dengan hal itu dan mungkin bertanya-tanya. “manakah yang perlu Diikuti?” untuk hal ini perlu saya tegaskan bahwa di Suryalaya hanya Pangersa Abah yang perlu kita ikuti. Hal inilah yang perlu disikapi oleh para ikhwan agar kita mengacu kepada pesan beliau yaitu adanya keseragaman amaliah di antara para ikhwan dan ini menjadi tugas serta tanggung jawab kita bersama untuk melaksanakannya.
Sumber: Lautan Tanpa Tepi
Karya: Syaikh Muhammad Abdul Gaos Saefulloh Maslul Ra Qs