Oleh: K.H. Mahmud Jonsen Al Maghribi, M.SI.
(Wakil Talqin Syaikh Muhammad Abdul Gaos Saefulloh Maslul Ra Qs)
Kapan hari akhir? Kata pengersa Abah, hari akhir itu ialah hari ini, mengapa? Karena kita, atau siapapun tidak ada yang tahu pasti bahwa ia akan hidup sampai hari esok. Jangankan Kiamat Kubro, kiamat Sugro saja kita tidak tahu. Jadi hari akhir itu adalah hari ini. Kalau mau baik, baiklah hari ini, kalau mau bersedaqoh, bersedaqohlah hari ni, kalau mau menjadi orang yang sholeh, maka jadilah orang yang sholeh hari ini, tidak perlu menunggu hari esok.
Jangan sampai kita menyesal, sebab di dalam Al Quran, الله menggambarkan, ada seorang yang ketika ia meninggal, memohon kepada Alloh untuk diberikan kesempatan hidup barang sedetik saja, sekedar menekan “Tombol PIN” agar ia bisa mensedaqohkan hartanya yang bertumpuk, namun harapan tinggal harapan, ketika seseorang sudah meninggal dunia, tidak ada lagi kesempatan baginya untuk beramal. Sebagaimana di Firmankan Alloh dalam Quran Suarat Al Munafiqun ayat 10 :
وَأَنْفِقُوا مِنْ مَا رَزَقْنَاكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُولَ رَبِّ لَوْلَا أَخَّرْتَنِي إِلَىٰ أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُنْ مِنَ الصَّالِحِينَ
“Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: “Ya Rabb-ku, sekiranya Engkau berkenan menangguhkan (kematian)ku sedikit waktu lagi, maka aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh?”
Apa itu manaqib? Secara bahasa kata Manaqib bentuk jama’ dari kata Manqobah, manqobah artinya Meningkat atau Peningkatan, Ath Thoriqoti fil Jabal, Jalan menuju Puncak Gunung. Sedangkan secara istilah, Manaqib adalah Riwayat dari orang yang Sholeh, terkait dengan Ilmunya, Ibadahnya, Akhlaqnya, dan Karomahnya.
Di dalam manaqib banyaksekali peningkatan amal, di dalam manaqib ada silaturahmi, sedaqoh makanan, harta, ilmu dan tenaga, manaqib dimulai dengan membaca ayat suci Al Quran, shalawat kepada Nabi, membaca wasiat taqwa, berdoa, dan membaca riwayat orang yang sholeh.
لَقَدْ كَانَ فِي قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لِأُولِي الْأَلْبَابِ
“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal.”
Sabda Nabi Muhammad Shollallohu ‘alaihi Wassalam dalam hadits yang diriwayatkan Imam Tidmidzi, dari Annas r.a. :
« مَنْ صَلَّى الْغَدَاةَ فِى جَمَاعَةٍ ثُمَّ قَعَدَ يَذْكُرُ اللَّهَ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ كَانَتْ لَهُ كَأَجْرِ حَجَّةٍ وَعُمْرَةٍ ». قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « تَامَّةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ »
“Barangsiapa yang melaksanakan shalat shubuh secara berjama’ah lalu ia duduk sambil berdzikir pada Allah hingga matahari terbit, kemudian ia melaksanakan shalat dua raka’at, maka ia seperti memperoleh pahala haji dan umroh.” Beliau pun bersabda, “Pahala yang sempurna, sempurna dan sempurna”
Dari hadits tersebut maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa ternyata ada Haji Syariat dan ada Haji Hakikat. Tuan Syekh Abdul Qodir al Jailani menjelaskannya di dalam Kitab Sirrul Asror, sebagai berikut :
فَحَجِّّ الشَّرِيْعَةِ اَنْ يُحََجَّ بَيْتَالّٰلهِ تَعَالَى بِشَرَائَطِهِ وَأَرْكَانِهِ حَتَّى يَحْصُلَ ثَوَابُ الْحَجِّ
“Haji syariat melakukan ibadah haji ke Baitulloh dengan melaksanakan syarat-syarat dan rukun-rukunnya, sehingga menghasilkan pahala haji”
ِوأماحَجَّ الطَّرِيْقَةِ فَزَادَهُ وَرَاحِلَتُهُ أَوَّالًا المَيْلُ إِلٰى صَاحِب التَّلْقِيْنِ وَأَخْذُهُ مِنْهُ ثُمَّ لازمةاذكر باللسان وَمَلَا حَظة مَعْنَاه. ولمرادب الذكر وهو لا إله إلا الله با السان ثم يحصل حيات القلب له ثم يستغل بذكر الله تعالى فى الباطن حتى يصفيه
“Adapun bekal dan kendaraan haji thoriqoh adalah adanya kecendrungan hati ingin mengambil talqin dari shohibul talqin. Selanjutnya melaksanakan dzikir dengan lisan serta menghayati maknanya. Yang dimaksud dengan dzikir disini ialah mengucapkan kalimat Laa Ilaaha Illalloh dengan lisan. Selanjutnya menghidupkan hati dengan berdzikir kepada Alloh dalam batin, sehingga hatinya menjadi bersih”
Oleh karena itu, maka kita akan temui beberapa makna dari haji, sbb :
Ada orang yang haji syari’at tetapi tidak haji secara hakikat,
Ada yang haji secara hakikat, tetapi tidak haji secara syari’at,
Dan ada yang tidak haji secara syari’at juga tidak ia tidak haji secara hakikat,
Sebaliknya, ada yang haji secara syari’at juga haji secara hakikat.
فَإِذَا قَضَيْتُمْ مَنسِكَكُمْ فَاذْكُرُواللهَ
“Apabila kalian telah menyelesaikan ibadah haji kalian, maka berzikirlah dengan menyebut الله”
Sebagaimana haji, ada haji syariat dan haji thoriqoh, maka demikian pula halnya dengan Wudhu dan Sholat. Ada Wudhu Syariat dan Wudhu Thoriqoh, ada pula Sholat Syariat dan Sholat Thoriqoh.
Di dalam Kitab Sirrul Asror, Tuan Syekh Abdul Qodir al Jailani, q.s. menjelaskan tentang Bersuci Syari’at dan Bersuci Thoriqoh, Sholat Syari’at dan Sholat Thoriqoh, Zakat Syari’at dan Zakat Thoriqoh, dan Haji Syari’at dan Haji Thoriqoh.
,, .اَلطَّهَارَةُ نَوْعَيْنِ: طَهَارَةُ الظَّاهِرِ وَطَهَارَةُالْبَاطِن
ِطَهَارَةُ الظَّاهِرِ وهي تَحْصُلُ بِمَااءِالشَّرِ يْعَةِ. وَطَهَارَةُالْبَاطِن ِوَهِيَ تَحْصُلُ بمَاءِالتَّوبَةِ وَالتَّلْقِيْنِ وَالتَّصْفِيَّةِ وَسُلُوك ِالطَّرِيْقَة.
“Bersuci terdiri atas dua macam, yakni bersuci secara Lahir dan bersuci secara Batin. Bersuci secara Lahir dengan menggunakan Air. Adapun bersuci secara Batin dengan Taubat dan Talqin serta membersihkan hati dengan menjalankan Thoriqoh”
Wudhu syari’at batal dengan keluar najis dari dua lubang (qubul dan dubur), maka cara memperbaharuinya kesuciannya dengan kembali berwudhu dengan air. Sedangkan wudhu batin batal dengan adanya penyakit hati, seperti; sombong, ujub, dengki, dendam, mengumpat, mengadu domba, dan bohong, atau dengan dosa badan, seperti; khianat, dosa mata, telinga, tangan dan kaki, maka cara memperbaharuinya kesuciannya ialah dengan bertaubat dan kembali kepada الله.
Sebagaimana Firman الله :
فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللَّهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ
“Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, tuhan) selain الله dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan”
Yaitu memperbaharui Iman dengan mengucapkan Laa Ilaaha Illaloh, sebagaimana Sabda Nabi Saw. :
جَدِّدُوا إِيمَانَكُمْ “، قِيلَ: يَا رَسُولَ اللهِ، وَكَيْفَ نُجَدِّدُ إِيمَانَنَا؟ قَالَ: ” أَكْثِرُوا مِنْ قَوْلِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ
“Perbarui iman kalian. Ya Rasulullah, bagaimana cara kami memperbarui iman kami?, tanya para sahabat. Beliau bersabda, perbanyaklah mengucapkan ‘Laa ilaaha illallaah”
Laa Ilaaha Illaloh yang mana?
Laa Ilaaha Illalloh yang sudah ditalqinkan oleh Ahlinya.
Rasululloh Saw. bersabda :
وَكَانَ الذِّرٌ لَايفِيدٌ فَاإَدَةً تَامَّةً إلَّابِِا لتَّلْقِيْن
“Dan dzikir itu tidak dapat memberikan faidah yang sempurna, kecuali dengan talqin”
Nah demikian pula halnya dengan Sholat, ada sholat secara Syari’at, ada sholat secara Thoriqoh. Berdasarkan Firman الله Swt.:
حَافِظُوا عَلَى الصَّلَوَاتِ وَالصَّلَاةِ الْوُسْطَىٰ وَقُومُوا لِلَّهِ قَانِتِينَ
“Peliharalah semua shalat (mu), dan (peliharalah) shalat wusthaa. Berdirilah untuk الله (dalam shalatmu) dengan khusyu.”
Dalam ayat tersebut ada dua perintah الله yaitu Pelihara Sholat-Sholat dan Pelihara Sholat Wutstho. Perintah yang pertama, yang dimaksud adalah Sholat Syari’at :
وَالْمُرَادُ مِنْ صَلَاةِ الشَّرِيْعَةِ اَرْكَانُ الْجَوَارِحِ الظَّاهِرَةِ بَحَرَكَاتِ الْجِسْمَانِيَّّةِ مِنَ الْقِيَامِ وَالْقِرَاءَةِ وَالرُّكُوْعِ وَالسُّجُوْدِوَالْقُعُوْدِ وَالصَّوْتِ
“Yang dimaksud dengan sholat syari’at ialah sholat seluruh badan yang zhohir dengan gerakan tubuh, seperti: badan berdiri, lidah membaca, ruku’, sujud, duduk, mengeluarkan suara dan bacaan-bacaan. Oleh karena itu di Al Quran disebut sholawat (beberapa sholat), yaitu perintah Alloh yang pertama: peliharalah sholat-sholatmu.”
Perintah yang Kedua, yang dimaksud adalah Sholat Thariqah :
وَاَمَّا صَلَلةُالطَّرِ يْقَةِفَهِيَ صَلَاةُالْقَلْبِ مُؤَبَّدَةٌفَقَدْعُلِمَتْ بِهَذِهِ الْاَيَةِ وَصَّلَاهُ الْوُسْطَی هِيَ صَلِاةُالْقَلْبِ. لِاََنَّ الْقَلْبَ جُلِقَ فِی وَسْطِ الْجَسَدِ بَيْنَ الْيَمِيْنَ وَالسِّمَالِ وَبَيْنَ اْلعُلَی وَاسُّفْلَی وَبَيْنَ السَّعَادَةِ وَالسَّفَاوَةِ
“Adapun sholat Thariqah adalah sholatnya Hati selama-lamanya, sebagaimana tersebut dalam Al Quran SHOLAATUL WUSTHOO, yaitu sholat hati, karena hati berada di tengah badan, antara kanan dan kiri, antara atas dan bawah, dan antara bahagia dan celaka.”
Para ikhwan wal akhwat r.a.
Itulah kesempurnaan sholat, berbeda dengan sholat dalam syari’at yang waktu dan tempatnya telah ditentukan, maka sholat thoriqoh atau sholat batin, ia tidak terikat dengan waktu dan tempat yaitu sholat hati selama-lamanya, bahkan sampai ke akhirat, karena jiwa tidaklah pernah mati yang mati hanyalah jasadnya. Mereka tetap dalam sholatnya, sebagaimana Firman الله dalam QS. Al Ma’arij ayat 23 :
الَّذِينَ هُمْ عَلَىٰ صَلَاتِهِمْ دَائِمُونَ
“Yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya secara terus menerus.”
Pengersa Abah Aos menjelaskan Sholat Daa-im (Sholat Tetap), yaitu yang selalu menjaga Wudhu Lahir dan Wudhu Batin, serta Sholat Lahir dan Sholat Batin. Kalau Wudhu Lahir dengan Air, maka Wudhu Batin dengan Dzikir Jahar.
Demikian pula dengan Sholat Lahir dengan Gerakan dan Ucapan, sedangkan Sholat Batin dengan Dzikir Qolbu atau Dzikir Khofi.
Untuk tahu Dzikir Jahar dan Dzikir Khofi maka harus melalu Proses Talqin