Penerus Tongkat Estafet Kemursyidan dalam Thoriqoh: Study atas Kemursyidan TQN jalur Silsilah Suryalaya & Surabaya

admin111
admin111
7 Min Read

Oleh: Dr. K.H. Agus Zein Syukur, M.Ag.

Sebelum masuk dalam konteks pembahasan, ada beberapa Hadis Baginda Nabi yang perlu kita renungkan:

إن ابني هذا لسيد، فلعل الله أن يصلح به بين الفرقتين العظيمتين (الحديث في كتاب الشيخ بديع الزمان سعيد نرسي)

“Anakku ini (Hasan) adalah pangeran/Sayyid. Semoga Allah dengan perantaranya menjadikan juru damai diantara 2 kubu besar yang berselisih” (Hadis dikutip dalam kitab Syeikh Said Nursi).

- Advertisement -

Rasulullah mengatakan kalimat tersebut, saat sedang di Majelis di Masjid Nabawi, kemudian Sayyidina Hasan yg masih kecil tetiba datang menjumpai Baginda Nabi, layaknya anak kecil biasanya yang hendak minta dimanja. Kemudian hadis berikutnya:

اذا فسد أهل الشام فلا خير فيكم (الحديث في كتاب مختار احاديث النبوية)

“Jika penduduk Syam telah rusak/hancur, maka sudah tidak ada pilihan terbaik bagi kalian” (Hadis dalam Kitab Mukhtar Ahadis Annabawiyyah).

Estafet Kemursyidan TQN Surabaya sepeninggal Syeikh KH. Asrori Al Ishaqi dan TQN Suryalaya, sepeninggal Syeikh. KH. Akhmad Sohibul Wafa Tajul Arifin, terdapat berbagai pro kontra dan pendapat.

Pada kali ini, difokuskan kepada fenomena di Suryalaya.
Sepeninggal Abah Anom, ada 2 Kubu yang memiliki perbedaan pendapat. Pendapat pertama menyatakan bahwa Syeikh Akhmad Sohibul Wafa Tajul Arifin (Abah Anom) tidak menunjuk seseorang untuk meneruskan tongkat estafet kemursyidannya baik dengan pernyataan lisan ataupun wasiat tulisan. Maka dari itu, pendapat pertama menyatakan bahwa TQN Suryalaya sepeninggal Abah Anom, tidak ada mursyid.

Pendapat kedua, menyatakan bahwa penerus tongkat estafet kemursyidan Abah Anom adalah Syeikh KH. Muhammad Abdul Ghaos Saefullah Maslul (Abah Aos).

Tentunya kedua pendapat (kubu) ini menjadi pro kontra, bahkan tak jarang antar sesama Ikhwan saling mencaci dan menghina. Hal ini bisa disaksikan di koment2 medsos, semisal Facebook, IG, dll. Hemm, padahal banyak pesan dari Syeikh Mursyid terdahulu, bahkan Guru Agung Pendiri Tarekat ini, yakni Maulana Syeikh Abdul Qadir Jailani. Dianatara pesannya:

  1. Bersatulah kalian dan janganlah kalian bercerai berai.
  2. Jangan benci kepada ulama
  3. Jangan periksa murid orang lain.
    Selain pesan tersebut, ketika tawasuul, Ikhwan TQN dimanapun kan selalu membaca
    والى حضرة اهل الطرق
    dan kepada kehadirat ahli tarekat tarekat

Artinya, jangankan sesama satu tarekat, berbeda tarekatpun kan harusnya kita bersatu. Adapun pendapat yang menyatakan bahwa Abah Anom tidak memiliki penerus Mursyid, hal ini disandarkan pada ketidak adaan pernyataan secara lisan dan tulisan dari Abah Anom dalam menunjuk seorang pengganti yang akan meneruskan estafetnya.

Orang2 yang mendukung pendapat ini, hendaknya merujuk kepada refrensi dan dalil2 yang bisa menjelaskan keberlangsungan TQN hingga masa masa selanjutnya.

Agar diresapi dan direnungkan, bahwa sangat aneh jika seorang ulama besar sekaliber Abah
Sepuh dan Abah Anom tidak berhasil menurunkan murid2 yang berkualitas? Lalu apakah pergerakan dakwah TQN akan terhenti begitu saja hanya sampai kepada Abah Anom. Kemduian jika wakil2 talqin yang ada, dengan bertambahnya usia dam zaman mereka wafat semua, lalu siapa yang akan membimbing para ikhwan TQN yang tersisa.

Kehadiran Syeikh KH. Muhammad Abdul Ghaos sebagai mursyid, tentunya akan menjadi tonggak dan tongkat estafet keberlagsungan dakwah TQN Suryalaya, dan diharapkan tarekat ini akan berlangsung hingga hari kiamat. Mengingat Muassis (Pendiri) Tarekat ini adalah orang2 yang suci, maka tentunya dengan niat yang suci, apa yang didirikannya akan berlanjut dan bermanfaat hingga hari kiamat.

Para ikhwan TQN yang mendukung dan mengikuti Abah Aos pun punya pijakan yang kuat, mengapa mereka berani menyatakan dan mengikuti Abah Aos. Adapun pijakannya adalah dalil dalil berikut (yang mungkin belum dibaca oleh para Ustadz baik diluar ikhwan tarekat ataupun ikhwan tarekat), yakni:

وعلى هذا، قال سيدنا الشيخ عبد العزيز الدباغ رضي الله عنه: “ومن لم يكن من الشيوخ أثبته شيخه في المشيخة بالإذن له فيها، لكونه مات عنه قبل ان يكمله، ولكن أثبته فيها الناس وأظهروه فيها منصورة أعلام النصر، بحيث نصر الله تعالى به أعلام المريدين على نفوسهم وهواهم وشياطينهم، فأقبل عليه بسبب ذالك النصر، أرباب الإرادة وأهل الهمة،الذين يرغبون في القرب الى الله عز جل بصدق يخرق الصخور، فهذا شيخ مقبول أيضا. (الشيخ أسرار الاسحاقي، في المنتخبات في رابطة القلبية وصلة الروحية، ص. ٥٢)

“Sayyiduna Syeikh Abdul Aziz Ad Dabbagh berkata:”Barang siapa belum ditetapkan oleh guru pembimbingnya (Mursyid) dan belum diberi izin untuk menduduki derajat pembimbing, sebab guru pembimbingnya meninggal dunia sebelum ia mencapai kemuliaan, akan tetapi ia ditetapkan oleh manusia sebagai guru pembimbing mereka, dan mereka membuktikan bahwa bendera pertolongan Allah berkibar dalam bimbingannya, sekiranya Allah memberikan pertolongan kepada para murid untuk mengalahkan nafsu, kepentingan, rayuan dan tipu daya setan dengan perantaranya. Dan dengan pertolongan tersebut, orang orang yang memiliki keinginan bersuluk dan antusias yang tinggi itu akan menghadap kepadanya, yakni orang orang yang senang untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan penuh kesungguhan yang bisa menembus batu penghalang, maka ia termasuk guru pembimbing yang diterima (sah).”

قال الإمام صاحب الرائية رضي الله عنه:

ومن لم يكن الا الوجود أقامه # وأظهره منشور ألوية النصر
فأقبل أرباب الإرادة نحوه # بصدق يحل العسر في جلمد الصخر
وآياته أن لا يميل الى الهوى# فدنياه في طي وأخراه في نشر.

وقوله (وآياته) يعني “علامته الظاهرة الدالة على استحقاقه رتبة المشيخة، أن لا يميل الى هوى في تربيته، بما يبدو من مشاهد حاله، وتكون دنياه عنده في استتار، وآخرته في انتشار، بحيث أن يزهد في الدنيا ويعرض عنها، ويرغب في الآخرة ويقبل عليها.

“Pengarang kitab Raiyah RA berkata:” Barang siapa belum ditetapkan dan belum diberi izin oleh guru pembimbingnya untuk mendudiki derajat kemursyidan, akan tetapi ia ditetapkan oleh manusia sebagai guru pembimbing mereka, dan dimunculkan oleh bendera pertolongan Allah yang terbentang.
Lalu orang orang memililki keinginan bersuluk menerimanya, sebab ia memiliki kesungguhan yang mengurai kesulitan dalam batu yang sangat keras.”

Tanda tandanya ia tidak condong pada hawa nafsu dalam membimbing, sehingga dunia tidak dihiraukan dan akhirat yang diramaikan. Maksudnya sebagai tanda yang tampak dan menunjukkan bahwa ia berhak duduk pada derajat kemursyidan adalah ia tidak tergiur pada hawa nafsu dalam membimbing, sebab penyaksian perilaku batinnya yang nampak, sehingga dunia tidak dihiraukan dan akhirat yang diramaikan dengan gambaran ia zuhud dalam dunia, berpaling darinya dan mencintai serta menghadap pada akhiratnya”.

(Syeikh Asrori Al Ishaqi, Al Muntalhobat fi Rabitotu Al Qalbiyyah wa Shillati al Rukhiyyah, hal. 52).

Wallohu A’lam

Share This Article
Leave a comment