Oleh: K.H. Muhammad Aang Rahmat Setiarasa
(Wakil Talqin Pangersa ABAH AOS dari Bandung)
شريعتي جائت على ثلاثمائة وثلاث عشرة طريقة لا يلقى العبد بها ربنا الا دخل الجنة ( رواه الطبرني )
“Syari’atku datang membawa 313 thoriqoh (metode pendekatan pada Allah), tidaklah seorang hamba menemui Tuhan dengan salah satunya, kecuali pasti masuk surga” (HR. Thabrani)
فشريعة كسفينة وطريقة # كالبحر ثم حقيقة در غلت
Syariat laksana perahu, thoriqoh laksana laut, haqiqat adalah mutiara yang berharga.
Arti “Thoriqoh” adalah jalan. Jalan harus ada … untuk menyampaikan pada suatu tujuan. Tanpa jalan semua akan tersesat tak tentu arah. Jika pun sampai, kalau tanpa jalan, pasti sampai nya sangat lama, karena harus mengarungi laut, hutan, jurang, sawah, rawa dan rintangan lainnya.
Thoriqoh adalah cara atau metode ibadah. Tanpa cara, semuanya berantakan. Masak nasi pake cara. Masak telor pake cara. Makan pun pake cara. Menjahit baju pake cara. Buka konveksi pake cara. Mencuci & nyetrika pake cara. Pake & buka baju juga pake cara. Cari uang pake cara Make uang pake cara Ngasih uang juga pake cara Apalagi ibadah… Semuanya harus pakai cara.
Thoriqoh adalah wadah Siapa saja orang yang ingin taubat, ingin bersuci dari lumpur dosa. Siapa saja orang yang ingin belajar baik, ingin belajar ingat agar bertemu dengan الله, wadahnya adalah Thoriqoh.
Thoriqoh adalah Syaikh. Thoriqoh tanpa Syaikh bukan Thoriqoh. Didalam Thoriqoh semua atas bimbingan syaikh. Sholat, dzikir, shoum, shodaqoh, akhlaq, dll semuanya harus dengan bimbingan Syaikh (Guru).
من لا شيخ له فشيخه الشيطان
“Orang yang tidak punya Syaikh, Maka Syaikh nya adalah setan. “
Thoriqoh kita adalah dzikir
واعلم ان طريق شيخنا طريق الذكر فقط. وليس غير
“Dan ketahuilah, sesungguhnya thoriqoh Syaikh kita adalah thoriqoh dzikir saja. Bukan yang lain. Karena dzikir adalah inti setiap ibadah.”
Tanpa dzikir semua ibadah kosong tak bernilai. Tanpa dzikir Sholat, Shoum, ibadah Haji akan menjadi bangkai yang dilempar ke wajah pemilik nya.
Jasad manusia hidup karena ada ruh. Sedangkan Ruh hidup dengan dzikir. Tanpa dzikir manusia adalah mayat hidup.
الذاكر بين الغافلين كالحي بين الموتى
Orang yang berdzikir diantara orang-orang yang lupa, seperti orang yang hidup diantara mayat. Carilah Thoriqoh walau harus berjalan 1000 tahun. Carilah Syaikh walau pun harus mengarungi gunung, jurang, samudera.
Seperti kata Tuan Syaikh Abdul Qodir qs.
سافر الي الف عام لتسمع مني كلمة
“Berjalanlah 1000 tahun (datanglah) kepadaku untuk mendengar (menerima) satu kalimat dariku.” Yaitu kalimat Dzikir.
Dzikir tanpa Thoriqoh adalah dzikir tanpa cara.
Dzikir tanpa Thoriqoh adalah dzikir tanpa guru.
Dzikir tanpa guru ibarat pohon yang tidak ditanamkan.
Dzikir adalah benih ma’rifat yang harus ditanam didalam hati yang subur.
Hanya syaikh yang bisa menanamkan dzikir dengan metode yang tepat. Bahkan syaikh lah yang membimbing kita untuk memelihara dzikir. Kalimah Thoyyibah adalah dzikir yang ditanamkan oleh Syaikh.
Kalimah Khobitsah adalah dzikir yang tidak ditanamkan oleh Syaikh.
(أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَاءِ * تُؤْتِي أُكُلَهَا كُلَّ حِينٍ بِإِذْنِ رَبِّهَا ۗ وَيَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ * وَمَثَلُ كَلِمَةٍ خَبِيثَةٍ كَشَجَرَةٍ خَبِيثَةٍ اجْتُثَّتْ مِنْ فَوْقِ الْأَرْضِ مَا لَهَا مِنْ قَرَارٍ)
“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana الله telah membuat perumpamaan kalimat yang baik (KALIMAH THOYYIBAH) seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit,”
Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Alloh membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat. Dan perumpamaan kalimat yang buruk ( Kalimah Khobitsah) seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikitpun.
{أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَاءِ (24) تُؤْتِي أُكُلَهَا كُلَّ حِينٍ بِإِذْنِ رَبِّهَا وَيَضْرِبُ اللَّهُ الأمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ (25) وَمَثَلُ كَلِمَةٍ خَبِيثَةٍ كَشَجَرَةٍ خَبِيثَةٍ اجْتُثَّتْ مِنْ فَوْقِ الأرْضِ مَا لَهَا مِنْ قَرَارٍ (26) }
“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat. Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikit pun.“
Ibadah tanpa berthoriqoh akan semaunya tanpa bimbingan tanpa arahan. Hidup tanpa thoriqoh adalah hidup tanpa dzikir, tak mengenal Alloh walaupun hebat ilmu dan ibadah nya. Tidak berthoriqoh adalah miskin walaupun kaya raya.
Tidak berthoriqoh = tidak punya dzikir = tidak punya Syaikh.
Hidup tanpa Thoriqoh Selamanya bernilai dosa walaupun hafal 1000 kitab. Banyak orang memandang Thoriqoh seperti memandang buah durian. Mereka takut akan durinya, Padahal Durian jangan hanya dipandang, apalagi dipikirin Durian dimakan saja buahnya manis Kamu menyesal kenapa dari dulu tidak memakan buahnya.
Dari dulu tau durian, hanya dipikirin, hanya dipandang saja Orang lain sedang mencicipi nikmat thoriqoh Kamu hanya terus nontonSambil meraba Raba durinya Kamu teruuus saja suudhon mikirin duri Kapan kamu mau mencicipi hidangan dari اللَّهُ ini….. ?