Puasa Wajib dan Puasa Syukur

Panji Makalalag
Panji Makalalag
6 Min Read

Oleh: K.H. Mahmud Jonsen Al Maghribi
(Wakil Talqin Pangersa ABAH AOS dari Tanggerang)

Muqodimah

Sangat jauh perbedaannya antara seseorang melaksanakan ibadah atas dasar kewajiban, dan seseorang melaksanakan ibadah atas dasar rasa syukur. Sebagaimana Firman Alloh Subhanahu Wa Ta’ala :

- Advertisement -

يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْکُمُ الصِّيَا مُ کَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِکُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ 

“Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,” (QS. Al-Baqarah : 183).

Umumnya orang melaksanakan puasa itu atas dasar menunaikan perintah wajib dari Alloh. Tidak salah itu juga benar. Dan itu juga perintah Alloh. “Wahai orang² beriman diwajibkan atas kamu berpuasa”. Orang beriman kepada Alloh tentu akan melaksanakan perintah-perintah-Nya.

Tetapi berbeda kualitasnya bagi orang yang melaksanakan ibadah puasa itu atas dasar rasa syukur kepada Alloh semata. Sebagaimana Firman Alloh Subhanahu Wa Ta’ala :

شَهْرُ رَمَضَا نَ الَّذِيْۤ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰ نُ هُدًى لِّلنَّا سِ وَ بَيِّنٰتٍ مِّنَ الْهُدٰى وَا لْفُرْقَا نِ ۚ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَـصُمْهُ

“Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan  yang batil). Karena itu, barang siapa di antara kamu ada di bulan itu, maka berpuasalah”. (Qs. Al Baqoroh : 185).

Type puasa orang yang level kedua ini, bukanlah berpuasa karena kewajiban, melainkan ia melaksanakan puasa atas dasar rasa syukur atas nikmat dari Alloh SWT. Atas nikmat Alloh yang mana sehingga ia melaksanakan puasa itu? Syahru romadhonalladzii unzila fiihil Quran (Bulan Romadhon adalah bulan yang di dalamnya diturunkan Al Quran).

Hadirin ikhwan wal akhwat,

Nampaknya, puasa type kedua inilah yang diharapkan oleh Tuan Syekh, Guru Agung kita pangersa Abah Aos Qs untuk kita murid-muridnya. Makanya beliau telah mengeluarkan beberapa Maklumat yang terkait dengan rasa syukur ini. Diantaranya maklumat menjadikan bulan di luar bulan Romadhon sebagai bulan Romadhon, dengan memperbanyak sholat syukur LAILATUL QODAR, beliau juga sering sekali mengucapkan “Tidak ada waktu lagi bagi kita untuk tidak bersyukur”. Itu artinya, setiap saat kita harus bersyukur. Karena sudah tidak ada waktu lagi untuk tidak bersyukur, berarti setiap waktu.

Bagaimana caranya?

Inilah yang dimaksud dengan, “Faman syahida minkumusy syahro fal yashumhu“. Barangsiapa MENYAKSIKAN atau ADA pada saat diturunkannya Al Quran itu, maka atas dasar itulah hendaknya kamu bersyukur dengan beribadah puasa.

Kapan kita menyaksikan diturunkannnya Al Quran itu?

Yakni pada LAILATUL QODAR. Kapan Lailatul Qodar itu? Ialah disaat Al Quran itu turun kepada kita. Kapan itu? Itu disaat kita di TALQIN DZIKIR. Itulah Al Quran yang diwahyukan pada bulan Romadhon : IQRO’ BISMI ROBBIKALLADZII KHOLAQ.

Hadirin ikhwan wal akhwat,

Betul bahwa perintah puasa itu wajib kepada Nabi dan juga kepada kita umatnya, akan tetapi tentu Nabi melaksanakannya lebih daripada kewajiban tapi tentu atas dasar rasa syukur beliau kepada Alloh.

Dalam sebuah hadits diriwayatkan, bahwa Aisyah pun bertanya kepada Rosululloh SAW, mengapa suaminya itu shalat malam hingga kakinya bengkak. Aisyah ra. bertanya :

أَتَكَلَّفُ هَذَا وَقَدْ غَفَرَ اللَّهُ لَكَ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ فَقَالَ « أَفَلاَ أَكُونُ عَبْدًا شَكُورًا ». رواه مسلم

Atakallafu hadzaa wa qod ghofarollohu laka maa taqoddama min dzambika wamaa ta akh-khor?

“Mengapa engkau membebani dirimu, padahal Alloh SWT telah mengampuni dosamu baik yang dulu maupun yang akan datang? Beliau SAW menjawab: Afala akuunu ‘abdan syakuuro (Tidak bolehkah aku menjadi seorang hamba yang banyak bersyukur?” (HR Bukhari Muslim).

Hadirin ikhwan wal akhwat,

Oleh karena itu, marilah kita senantiasa meningkatkan kualitas HATI kita dalam melaksanakan ibadah-ibadah tersebut. Hati yang senantiasa bersyukur kepada Alloh azza wa jalla.

Alloh Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

وَاِ نْ تَعُدُّوْا نِعْمَةَ اللّٰهِ لَا تُحْصُوْهَا ۗ اِنَّ اللّٰهَ لَـغَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ

“Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sungguh, Allah benar-benar Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS. An-Nahl 16: Ayat 18).

Sekali lagi, kita beribadah kepada Alloh selain menunaikan kewajiban, juga atas syukur kita kepada Alloh, karena kita telah dikarunia Alloh nikmat yang luarbiasa, dilebihkan dari kebanyakan umat yang lain, bukan hanya sebagai umat Islam, tapi lebih dari itu kita dilebihkan dari hamba-hamba yang mu’min. Pangersa Abah memimpin kita semua untuk membaca do’a:

Alhamdulillaahillladzii fadh-dholanaa ‘alaa katsiirim min ‘ibadikal mu’minin (Segala puji bagi Allah yang melebihkan kami dari banyak hamba-hamba-Nya yang beriman).

Sebagaimana Alloh Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

وَلَـقَدْ اٰتَيْنَا دَاوٗدَ وَ سُلَيْمٰنَ عِلْمًا ۚ وَقَا لَا الْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ فَضَّلَنَا عَلٰى كَثِيْرٍ مِّنْ عِبَا دِهِ الْمُؤْمِنِيْنَ

“Dan sungguh, Kami telah memberikan ilmu kepada Daud dan Sulaiman; dan keduanya berkata, “Segala puji bagi Allah yang melebihkan kami dari banyak hamba-hamba-Nya yang beriman.”” (QS. An-Naml 27: Ayat 15).

Semoga Alloh berkahi segalanya semuanya selamanya, berkah karomah Abah Aos Qs. Al Faatihah…

(Disampaikan dalam kesempatan Khidmat Ilmiah MOI)

Share This Article
Leave a comment