SUAMI JADI WALI KARENA SYUKURI ISTERI YANG CEREWET, SIAPA MAU JADI WALI?

Panji Makalalag
Panji Makalalag
5 Min Read

Lebih dari tiga kali, di berbagai kesempatan yang berbeda, Guru Sufi Agung Hadrotu Syeikh Muhammad Abdul Gaos Ra Qs memberi nasehat kepada saya untuk ‘riyadhoh’ tiga hal di dalam rumah tangga. Apa saja?

Pertama, kita, para suami, adalah calon pemenang. Karena calon pemenang, kita harus mengalah sama istri. Mengalah itu bukan berarti kalah.

Kedua, isteri kita itu diciptakan panjang lidah. Sementara kita, para suami, diciptakan panjang langkah. Oleh karenanya kalau isteri kita cerewet, yang sudah dari sananya begitu. Kita ngomong sekali, isteri bisa bertubi-tubi menjawab. Jalani saja.

Ketiga, kalau isteri masih suka ngomel sama kita, para suami, terima saja. Kalau masih ngomel itu tanda kita masih jelek, masih banyak yang harus diperbaiki. Kita harus sabar dan selalu introspeksi diri. Jangan menyalahkan isteri.

- Advertisement -

Ketika menasehatkan ini, Guru Agung tidak menceritakan rahasia dan buah bila saya dan para suami di seluruh dunia menjalankan ini. Namun untuk keyakinan dan membesarkan hati, alangkah baik mengaitkan nasehat beliau dengan kisah inspirasi di bawah ini.

*****
Di masa lalu, di sebuah dusun bernama Bajalhaban, Hadramout, Yaman, hidup seorang Wali Agung Syekh Abdurrahman Bajalhaban. Kisah ini terjadi saat beliau belum menyadari bahwa dirinya seorang wali dengan pangkat kewalian yang di hadapan Alloh.

Dikisahkan, beliau memiliki seorang istri yang super cerewet lagi keras kepala. Setiap hari kerjaannya hanya marah-marah dan ngomel-ngomel. Sedangkan Syekh sabar saja menghadapi istrinya itu. Tidak pernah beliau membalas keburukan isterinya itu.

Suatu saat beliau mempunyai keinginan berkholawat di sebuah tempat yang jauh, menyepi di kesunyian. Beliau merasa lebih baik khusuk beribadah dari pada terus-terusan bersama istri yang kerjaannya ngomel melulu. Beliau berpamit kepada istrinya dan seperti biasa jawabannya adalah omelan.

Beliau naik ke gunung terdekat dari kotanya dan di situ beliau menemukan sekelompok orang yang sedang beribadah. Singkat cerita beliau dapat bergabung bersama mereka dengan syarat harus mau piket mencari makan untuk mereka sebagaimana adat mereka menentukan piket para anggota untuk mencari makan secara bergantian setiap harinya.

Ketika pada suatu saat beliau kena giliran piket, beliau bingung harus mencari makanan di mana. “Lebih baik aku meminta kepada Allah” gumam beliau, “Tetapi dengan siapakah aku harus bertawassul? Ah, lebih baik aku bertawassul dengan wali yang ditawassuli oleh teman-temanku itu, meskipun aku tidak tahu siapakah yang mereka tawassuli” kata beliau dalam hati.

Maka beliau pun duduk di tempat sepi mengangkat tangan seraya berdo’a, “Ya Allah berkat kemulyaan wali yang ditawassuli oleh teman-temanku itu maka turunkanlah untukku dan teman-temanku makanan yang lezat”. Seketika turunlah makanan-makanan yang lezat, beliau pun kaget serta kagum betapa tinggi kedudukan wali yang ditawassuli oleh teman-temannya sehingga sekali tawassul do’a langsung terkabul.

Teman-teman beliau kaget ketika beliau datang dengan membawa makanan yang demikian lezat mereka bertanya bagaimana kamu bisa mendapatkannya?

Beliau pun menceritakan semua kejadian yang beliau alami kemudian beliau bertanya, “Siapakah orang yang kalian tawassuli itu? Demi Alloh kalau bukan karena bertawassul dengan beliau belum tentu do’aku akan terkabul dengan spontan seperti yang kalian lihat.”

Mereka pun bercerita, “Ketahuilah di desa Bajalhaban dekat pegunungan ini ada orang yang shaleh nan sabar. Beliau memiliki istri yang cerewet, namun begitu beliau sangat sabar terhadap istrinya dan tidak pernah membalas keburukan istrinya dengan keburukan serupa. Karena kesabarannya inilah Alloh mengangkat derajat beliau setinggi-tingginya. Beliau dikenal dengan sebutan Syekh Abdurrahman Bajalhaban dan kami selalu bertawassul kepada Alloh dengan kemuliaan beliau”.

Mendengar cerita ini, Syekh Abdurrahman Bajalhaban kaget, setinggi inikah nilai kesabaran dirinya di sisi Alloh? Maka beliau pun berpamit pulang ke desanya tanpa mengemukakan alasan yang jelas dan tanpa berkisah siapa dirinya yang sebenarnya. Karena beliau menganggap hidup bersabar bersama istri cerewet ternyata memiliki nilai lebih besar dari pada berkholwat bersama orang-orang yang beribadah.
*****

Dari kisah ini, jelas, tempat kholwat para suami itu bersama isteri, wabilkhusus isteri yang cerewet. Terima dan syukuri apa adanya, segala kekurangan dan keburukannya, ternyata, alat peninggi kewalian. Sabar ya, wahai para suami calon wali!

Salam hangat,
Abah Jagat Al Khoolish

Share This Article
Leave a comment