Oleh: K.H. Mahmud Jonsen Al Maghiribi, M.Si.
(Wakil Talqin Pangersa Abah Aos dari Tanggerang)
Para Ahli Ilmu (Al ‘Alim) menerangkan thoriqoh berdasarkan Al Quran dan Hadits, sedang Ahli Amal menerangkan thoriqoh berdasarkan cerita tentang Gurunya. Ahli kedua-duanya (llmu dan Amal), menerangkan semuanya (Ilmu Amaliyah, Amal Ilmiah).
Di dalam Pasal 4, Juz Pertama Kitab Miftahussudur, Syaikh Ahmad Shohibul Wafa’ Tajul ‘Arifin Ra. menerangkan bahwa para Syaikh (Guru Mursyid) itu adalah Thoriqoh.
المشايخ هم الطاريقة إلى الله تعلى، والأدلاء عليه، والباب الذي يدخل منه إليه
Para Syaikh adalah Thoriqoh (Jalan) untuk menuju الله SWT. Sebagai penunjuk jalan menuju الله juga sebagai pintu masuk menuju الله.
فلا بد لكل مريد الله من شيخ على ما بيناه
“Oleh karena itu, setiap murid yang ingin ma’rifat kepada الله harus memiliki seorang Syaikh.“
Syaikh itulah yang menjadi tangga bagi murid untuk naik tingkat ke alam malakut, alam jabarut, dan alam lahut. Sambung menyambung antara ruh Syaikh yang sudah meninggal dengan Syaikh yang masih hidup untuk sampai kepada Rosululloh Shalallohu ‘alaihi wa sallam kemudian sampai kepada Alloh Subhanahubwa Ta’alaa.
Itulah makna dari sabda Rosululloh Sholallohu ‘alaihi wa sallam :
طوبى لمن رآني وآمنبي، وطوبى لمن رآى من رآى من رآى من رآى وآمنبي. وطوبى لهم وحسن مآب
“Beruntung orang yang melihatku dan beriman kepadaku. Beruntung pula orang yang melihat orang yang melihat orang yang melihat orang yang melihatku dan beriman kepadaku. Beruntunglah mereka dan bagi mereka tempat kembali yang baik.”
Syaikh Abdullah (Abdurrahman) as Sullami Qs. (937 – 1021 M) seorang ulama besar di Khurasan, Iran, menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan orang yang beruntung dalam hadits tersebut adalah orang mendapatkan keberkahan (berdampak baik bagi dirinya) dari melihat orang yang melihat orang yang melihat orang yang melihat Rosululloh Shalallohu ‘alaihi wa sallam.
Syaikh (Guru Mursyid) itulah mata rantai turun temurun dari abad ke abad, masa demi masa, terus bersambung hingga akhir zaman. Tidak ada satu Nabi pun kecuali beliau memiliki seorang sahabat yang mengambil petunjuk darinya, mengikuti jejaknya, mengikuti madzhabnya dan memberikan petunjuk tersebut kepada orang lain. Kemudian muridnya menggantikan kedudukannya dan menempati maqomnya.
Alloh Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
اِنَّمَا وَلِيُّكُمُ اللّٰهُ وَرَسُوْلُهٗ وَا لَّذِيْنَ اٰمَنُوا الَّذِيْنَ يُقِيْمُوْنَ الصَّلٰوةَ وَيُؤْتُوْنَ الزَّكٰوةَ وَهُمْ رَا كِعُوْنَ
innamaa waliyyukumullohu wa rosuuluhuu wallaziina aamanullaziina yuqiimuunash-sholaata wa yu`tuunaz-zakaata wa hum rooki’uun
“Sesungguhnya penolongmu hanyalah Allah, rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang melaksanakan sholat dan menunaikan zakat, seraya tunduk (kepada Allah).” (QS. Al-Ma’idah 5: Ayat 55).
Alloh Subhanahu Wa Ta’ala juga berfirman:
وَمَاۤ اَمْوَا لُـكُمْ وَلَاۤ اَوْلَا دُكُمْ بِا لَّتِيْ تُقَرِّبُكُمْ عِنْدَنَا زُلْفٰۤى اِلَّا مَنْ اٰمَنَ وَعَمِلَ صَا لِحًـا ۙ فَاُ ولٰٓئِكَ لَهُمْ جَزَآءُ الضِّعْفِ بِمَا عَمِلُوْا وَهُمْ فِى الْغُرُفٰتِ اٰمِنُوْنَ
wa maaa amwaalukum wa laaa aulaadukum billatii tuqorribukum ‘ingdanaa zulfaaa illaa man aamana wa ‘amila shoolihang fa ulaaa`ika lahum jazaaa`udh-dhi’fi bimaa ‘amiluu wa hum fil-ghurufaati aaminuun
“Dan bukanlah harta atau anak-anakmu yang mendekatkan kamu kepada Kami; melainkan orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, mereka itulah yang memperoleh balasan yang berlipat ganda atas apa yang telah mereka kerjakan; dan mereka aman sentosa di tempat-tempat yang tinggi (dalam surga).” (QS. Saba’ 34: Ayat 37)
Para pembaca yang budiman,
Maka beruntunglah orang-orang yang sudah mengambil manfaat dari melihat Syaikh (Guru Mursyid), sebab kalau hanya sekedar melihat tapi tidak mengambil manfaat darinya, maka orang tersebut bukanlah termasuk orang yang beruntung sebagimana yang dimaksud oleh hadits Nabi Shalallohu ‘alaihi wa sallam.
Mengambil manfaat itulah yang dimaksud dengan Talqin Dzikir, sehingga dengan talqin dzikir akan berdampak bagi dirinya, dari yang tidak baik menjadi baik, dari baik menjadi lebih baik lagi, sebagaimana sabda Rosululloh Shalallohu ‘alaihi wa sallam :
مَنِ اسْتَوَى يَوْمَاهُ فَهُوَ مَغْبُونٌ ، وَمَنْ كَانَ يَوْمُهُ شَرًّا مِنْ أَمْسِهِ فَهُوَ مَلْعُونٌ
“Barang siapa yang dua harinya (hari ini dan kemaren) sama, maka ia telah merugi. Dan barang siapa yang harinya lebih jelek dari hari sebelumnya, maka ia tergolong orang-orang yang terlaknat (celaka).”
وكان الذكر لايفيد فائدة الا بالتلقين
“Dan dzikir tidak akan memberi manfaat yang sempurna kecuali dengan Talqin.”
Barakallohu lii walakum, aamiin yaa mujiibassaailin….
Hikmah Malam, 22 April 2020, 21.38