Ketika memutuskan suluk kepada dan bersama Guru Pecinta Kesucian Jiwa, maka bersiaplah dengan serangkain tes masuk dan tes kenaikan maqom ruhani Kesucian Jiwa. ALLOH Maha Suci, para Nabi dan Rosul serta para Aulia adalah manusia-manusia suci –tidak akan berkumpul dengan ruh-ruh manusia yang belum disucikan.
Ketika seseorang telah menempuh dan meraih Kesucian Jiwa maka ia telah memasuki lingkaran al-walayah [الولية], barisan para kekasih ALLOH. Maka berbahagia dan beruntung hidupnya [قد افلح من ز كاها]. Namun, lagi-lagi untuk masuk ke lingkar itu harus mau diuji sebagai bagian dari proses penyucian jiwa. Sebagaimana sabda Kanjeng Nabi Shollallohu ‘alaihissalam,
إذا أحَبَّ اللهُ قومًا ابْتلاهُمْ
“Jika Alloh mencintai suatu kaum maka mereka akan diuji” (HR. Ath-Thabrani dalam Mu’jamul Ausath, 3/302. Dishahihkan Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ no. 285).
Juga sabda Nabi shallollahu’alaihi wa sallam yang lain,
أشد الناس بلاء الأنبياء, ثم الصالحون, ثم الأمثل فالأمثل
“Manusia yang paling berat cobaannya adalah para Nabi, kemudian orang-orang shalih, kemudian yang semisal mereka dan yang semisalnya” (HR. Ahmad, 3/78, dishahihkan Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ no. 995).
Ujian yang menimpa orang-orang yang Alloh cintai, itu dalam rangka mensucikannya, dan mengangkat derajatnya, sehingga mereka menjadi teladan bagi yang lainnya dan bisa bersabar.
Ada banyak ragam tes/ujian. Waktu tes-nya, sayang, sering tidak dikasih tau.
Soal tes-nya sering samar. Harus siaga dites, karena bisa jadi, soal-soal tes dibagikan setiap hari. Dengan keramahannya, ia akan memberikan soal tes yang serupa, jika salik masih saja gagal dengan menjawab soal. Diberi soal berbeda, untuk tingkatan yang berbeda, bila jawabannya telah sempurna.
Soal ujian yang diberikan Tuan Guru Pangersa Abah bukan pertanyaan di atas kertas, melainkan simulasi ragam persoalan serta tantangan dalam kehidupan.
Banyak salik Tuan Syeikh yang rapuh dengan ujian kesempitan, kepahitan, dan kefakiran.
Tidak sedikit juga salik Tuan Syeikh yang gagal diuji dengan kelapangan, kesenangan, dan keberlimpahan.
Ada yang terus mendekat kepada Tuan dengan ujian hinaan, cibiran, dan ada juga ternyata makin jauh dengan Tuan karena diuji pujian dan sanjungan.
Ketahuilah, sekali lagi, semua kategori ujian itu dipergilirkan setiap hari, ya, setiap hari, kepada siapa saja yang mengaku dan ingin diakui Tuan sebagai murid-nya, pecinta-nya. Dan sebaik-baik murid/salik ialah yang slalu bersyukur atas semua jenis ujian itu, karena itu semua dari-Nya, rahmat dan cinta dari serta untuk para kekasih-Nya yang setia.
Menutup tulisan ini, silakan disimak Sabda Hadrotus Syeikh Abah Aos Ra Qs sebagai berikut:
“Genting yang dipasang di atas (atap) tidak naik tiba-tiba. Semua melalui proses panjang. Dimulai dengan pemilihan kualitas tanah-nya, lalu tanah pilihan itu digelar, diinjak-injak. Setalah itu, dicetak dengan cara di-press. Lalu dijemur, mengering, lalu dibakar. Setelah dibakar, dipilih: mana genting kondisi utuh, retak-retak, dan yang pecah. Genting yang keadaannya sempurna dijual, harganya mahal. Sementara yang retak, pecah, jadi sampah, diinjak diinjak di tempat rendah. Genting yang kondisinya baik-lah yang akan berguna, ditempatkan di atas.”
Semoga ALLOH berkahi semua dengan derajat mulia Kesucian Jiwa, Pangersa Abah al Faatihah. Aamiin.
Salam Kesucian Jiwa,
KH Budi Rahman Hakim al Khoolish, MSW., PhD [Wakil Talqin Thoriqoh Qoodiriyyah Naqshabandiyyah Ma’had Suryalaya]