Thoriqah: Jalan Sunyi Menuju Cinta Ilahi

admin111
admin111
7 Min Read

Oleh: K.H. Mahmud Jonsen Al Maghribi, M.Si.

Dalam surah Al-Hujurat ayat 14, الله Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

قَالَتِ الْأَعْرَابُ آمَنَّا قُل لَّمْ تُؤْمِنُوا وَلَـٰكِن قُولُوا أَسْلَمْنَا وَلَمَّا يَدْخُلِ الْإِيمَـٰنُ فِي قُلُوبِكُمْ

“Orang-orang Arab Badui itu berkata, ‘Kami telah beriman.’ Katakanlah (Muhammad), ‘Kamu belum beriman, tetapi katakanlah kami telah tunduk (Islam), karena iman belum masuk ke dalam hatimu.’” (QS. Al-Hujurat: 14)

- Advertisement -

Ayat ini menjadi pengingat bahwa menjadi muslim secara lahir tidak selalu berarti sudah beriman secara batin. Iman adalah sesuatu yang harus masuk dan mengakar dalam hati. Oleh karena itu, kita bersyukur jika saat ini telah diberikan nikmat keimanan. Sebab memiliki iman, takwa, ilmu, dan juga kecukupan rezeki adalah anugerah besar yang harus disyukuri

الله juga berfirman:

وَإِن تُطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ لَا يَلِتْكُم مِّنْ أَعْمَالِكُمْ شَيْئًا إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ

“Dan jika kamu taat kepada الله dan Rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangi sedikit pun (pahala) amalmu. Sungguh, الله Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS. Al-Hujurat: 14)

Sebagaimana disampaikan oleh para ulama dan para syaikh mursyid, rukun agama itu ada tiga: iman, Islam, dan ihsan. Kita belajar thariqah bukan sekadar untuk menjadi Islam secara formal, tapi agar mencapai yakin. Sebagaimana dikatakan: “Kalau sudah yakin, maka Kun Fayakun.” Dalam hadits Qudsi, الله berfirman:

إِذَا أَطَعْتَنِي جَعَلْتُكَ تُرِيدُ فَأُرِيدُ

“Jika engkau taat kepada-Ku, maka Aku akan menjadikan apa yang engkau inginkan menjadi kehendak-Ku.” (Hadits Qudsi)

Namun untuk sampai ke maqam tersebut, tentu kita masih dalam proses belajar. Dan untuk itu, kita memerlukan syaikh mursyid sebagai pembimbing rohani. Berwasilah atau bersandar kepada para syaikh mursyid itu seperti kita ingin bertemu Presiden: kita cari ajudannya, orang kepercayaannya. Maka jika ingin wusul (sampai) kepada الله, carilah wasilah melalui orang-orang yang dekat dengan الله, yakni para syaikh mursyid.

Beriman artinya yakin kepada الله dan rukun iman: kepada malaikat-Nya, kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, dan takdir baik maupun buruk. Dalam Al-Qur’an disebutkan:

اللَّهُ لَا إِلَـٰهَ إِلَّا هُوَ ۖ لَهُ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَىٰ

“Dialah الله, tidak ada Tuhan selain Dia. Dia memiliki nama-nama yang baik.” (QS. Thaha: 8)

Begitu pula, berislam berarti yakin dan tunduk sepenuhnya kepada syariat Islam. Islam berasal dari kata سَلِمَ yang berarti damai atau selamat, serta dari kata أَسْلَمَ yang berarti menyerah, patuh, dan taat kepada perintah الله. Jika tidak yakin bahwa Islam menyelamatkan dunia dan akhirat, maka keislaman itu belum sempurna. Karenanya, iman harus dilandasi dengan ḥaqqul yaqīn—keyakinan yang sebenar-benarnya.

Adapun ihsan, sebagaimana disebut dalam hadits Jibril:

أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ، فَإِنَّهُ يَرَاكَ

“Ihsan adalah engkau menyembah الله seakan-akan engkau melihat-Nya. Jika engkau tidak melihat-Nya, maka sungguh Dia melihatmu.” (HR. Muslim)

Ihsan adalah maqam tertinggi dalam beragama, dan thariqah adalah jalan menuju maqam tersebut. Melalui thariqah, seseorang tidak hanya mengamalkan syariat secara lahiriah, tapi juga menghidupkan ruhnya melalui zikir. Sebab zikir adalah ruh dari semua ibadah. Tanpa zikir, salat, zakat, haji, dan lainnya bisa menjadi ibadah yang kosong dari ruh.

الله berfirman:

وَأَلَّوِ اسْتَقَامُوا عَلَى الطَّرِيقَةِ لَأَسْقَيْنَاهُم مَّاءً غَدَقًا

“Dan sekiranya mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu (Islam), niscaya Kami akan beri mereka minum air (rezeki) yang melimpah.” (QS. Al-Jinn: 16)

Air dalam ayat ini dimaknai oleh sebagian ulama sebagai lambang rezeki, ketenangan, keberkahan, dan kebahagiaan yang melimpah. Semua itu hanya bisa diraih dengan istiqamah di jalan الله dan zikir yang terus-menerus kepada-Nya. Inilah juga menjadi dalil bahwa jalan thariqah adalah bagian dari Islam, karena ia membantu umat agar tetap berjalan lurus di atas agama.

Namun, ayat-ayat الله ini, ketika disampaikan oleh para utusan atau para syaikh mursyid, akan menambah iman bagi orang beriman dan bisa menambah kekafiran bagi yang hatinya sakit. Sebagaimana disebut dalam Al-Qur’an:

وَإِذَا مَا أُنزِلَتْ سُورَةٌ فَمِنْهُم مَّن يَقُولُ أَيُّكُمْ زَادَتْهُ إِيمَانًا ۖ فَأَمَّا الَّذِينَ آمَنُوا فَزَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَهُمْ يَسْتَبْشِرُونَ

“Dan apabila diturunkan suatu surah, maka di antara mereka (orang-orang munafik) ada yang berkata, ‘Siapa di antara kamu yang bertambah imannya karena (turunnya) surah ini?’ Adapun orang-orang yang beriman, maka surah itu menambah imannya dan mereka merasa gembira.” (QS. At-Taubah: 124)

Sebaliknya, bagi yang di hatinya ada penyakit, ayat-ayat الله hanya menambah kekafiran:

وَأَمَّا الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٌ فَزَادَتْهُمْ رِجْسًا إِلَىٰ رِجْسِهِمْ وَمَاتُوا وَهُمْ كَافِرُونَ

“Dan adapun orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit, maka dengan surah itu akan bertambah kekafiran mereka di samping kekafiran mereka (yang telah ada), dan mereka mati dalam keadaan kafir.” (QS. At-Taubah: 125)

Barang siapa berpaling dari zikir kepada الله, maka ia pun akan ditinggalkan oleh الله:

وَمَن يَعْشُ عَن ذِكْرِ الرَّحْمَـٰنِ نُقَيِّضْ لَهُ شَيْطَانًا فَهُوَ لَهُ قَرِينٌ

“Barang siapa berpaling dari zikir kepada Tuhan Yang Maha Pengasih, Kami jadikan setan (menjadi) teman baginya.” (QS. Az-Zukhruf: 36)

Thariqah adalah jalan panjang menuju الله. Ia melewati berbagai kondisi kehidupan: panas dan dingin, terjal dan datar, kering dan basah. Tapi selama kita istiqamah dalam zikir, berjalan bersama para syaikh mursyid, niscaya kita akan sampai kepada الله, kepada hakikat-Nya, kepada tujuan hidup sejati.

Dalam setiap perjalanan, kadang kita harus ikut arus situasi, berpindah dari satu negeri ke negeri lain, satu gunung ke lembah, satu musim ke musim lain. Tapi kita tetap jalan. Dengan zikir sebagai pelita, dengan syaikh mursyid sebagai penunjuk arah, kita terus berjalan.

Sebagaimana firman الله:

حَسْبِيَ اللَّهُ لَا إِلَـٰهَ إِلَّا هُوَ ۖ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ

“Cukuplah الله bagiku, tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakal, dan Dia adalah Tuhan (yang memiliki) ‘Arsy yang agung.” (QS. At-Taubah: 129)

Maka dari itu, perlunya kita bersama rombongan para syaikh mursyid, karena mereka adalah waratsatul anbiya (pewaris para nabi) yang silsilahnya menyambung hingga Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, sampai Malaikat Jibril, sampai kepada الله ‘Azza wa Jalla. Dengan itu, semoga الله limpahkan keberkahan dan rahmat bagi kita semua.

Wallahu a‘lam.

 

Link Video: https://youtu.be/NTFcpKxIEyg?si=jyPkSmGe9PBvPprS

Share This Article
Leave a comment