Dalam setahun terakhir ini banyak sekali di antara kita yang masa kontrak hidupnya di dunia habis. Azroil menjadi malaikat ‘tersibuk’ menunaikan tugas khususnya bagi mereka yang tidak tahu dan enggan keluar dari kontrakannya. Sebagian besar harus dipaksa untuk keluar.
Ketika akhirnya keluar mereka tersiksa dalam penyesalan, penantian panjang, dan mimpi buruk. Merana, menderita dan terlunta. Tiada tempat tinggal, tiada bekal dan hidup menggelandang tanpa seorang pun menolongnya.
Namun sedikit di antaranya yang mempermudah tugas Malak Azroil. Mereka adalah orang-orang beriman dan beramal sholeh. Ketika ALLOH memanggil, jiwa-jiwa yang tenang itu berpulang dengan senang [نفس المطمئنٌة].
Ketika ia akhirnya meninggalkan dunia, ia tenang dalam masa penantian, tidur panjang dengan lelap, bahagia dengan mimpi-mimpi indah yang menjadi bunga dalam tidurnya. Tertib dalam antrean menuju ‘rumah’ idaman: surga ALLOH azza wajalla [العابد سيٌار الى الجنّة].
Lebih sedikit lagi di antaranya yang tidak menunggu panggilan-NYA untuk berpulang, apalagi mesti berurusan dengan Malak Azroil. Mereka adalah para kekasih ALLOH pilihan yang “pulang sendiri”, karena sudah terlatih “pulang sendiri” sejak sekarang. Mereka adalah jiwa-jiwa yang ridlo dan dan diridloi-NYA [نفس راضية مرضية], yang terbang ke lingkar terdekat-NYA [الذاكر طيّار الى القربة].
Kafilah vvip (very very important person) inilah yang tidak mengalami kematian, yang ada hanya perpindahan alam kehidupan. Mereka hanya memilih hidup meninggalkan raga yang selama ini jadi penjara mereka. Mereka hidup, kumpul, bersama yang telah mendahuluinya. Ya, mereka adalah manusia-manusia pilihan yang terdahulu dan tak terdahului oleh apapun siapapun [السابقون السابقون]: manusia-manusia dalam inner circle-NYA [المقرّبون]
Mereka mengerjakan apa yang biasa dikerjakan saat di sini. Siapa saja mereka, tanda-tandanya antara lain: [1] istiqomah dalam dzikirnya yang banyak lagi tak terbilang [المفردون]. Itulah kendaraan mereka pergi pulang kepada-NYA bersama-NYA sejak sekarang; [2] dengan dzikirnya hidup dan terjaga hidup hatinya; [3] dengan dzikirnya mereka, sejak sekarang, slalu ringan, tenang dan senang menunaikan ibadah dan melakukan kebaikan-kebaikan. Tidak karena apapun siapapun, tidak terhalang oleh apapun siapapun, tidak terganggu hatinya oleh apapun siapapun.
Mereka adalah para Pecinta Kesucian Jiwa. Dan bagi mereka, kematian bukan untuk diratapi tapi disyukuri. Kematian bukan musibah tapi berkah. Kematian bukan akhir tapi awal kehidupan. Kematian bukan untuk ditakuti tapi untuk dirindukan.
Bagi para Pecinta Kesucian Jiwa, kematian bukan penghabisan tapi panen raya kebaikan. Kematian bukan ketidakpastian tapi kepastian yang mesti dipersiapkan. Kematian bukan perpisahan tapi awal pertemuan untuk kebersamaan dengan-NYA.
Kematian bukan untuk dihindari tapi untuk dihadapi dengan senyuman penuh persiapan. Itulah momen dinantikan: perpindahan ke alam kehidupan yang kekal abadi bersama-NYA dan seluruh kekasih-NYA. Oh, indahnya…
Salam cinta,
KH Budi Rahman Hakim, MSW., PhD.
[Pembantu Khusus ABAH AOS/Kandidat Guru Besar Tasawuf & Thoriqoh UIN Syarif Hidayatulloh Jakarta]