TUJUAN TALQIN DAN BAI’AT

admin111
admin111
8 Min Read

Oleh: K.H. Mahmud Jonsen Al Maghribi, M.Si.
(Wakil Talqin Pangersa ABAH AOS dari Tanggerang)

Nabi Muhammad SAW. bersabda : “Talqinkanlah oleh kamu orang-orang yang akan mati dengan kalimat Laa Ilaaha Illalaah“. Maksud yang akan mati disini ialah kita orang-orang yang masih hidup yang hatinya belum mampu berdzikir/mengingat Allah, maka segera ditalqinkan/tanyakan kepada Ahlinya/Guru Mursyid.

Hadist tersebut menunjukkan betapa pentingnya “Talqin Dzikir” harus mulai dari sekarang supaya hati kita selalu hidup dan mampu mengingat الله, baik dalam keadaaan sehat maupun pada waktu akan lepasnya nyawa yang kita cintai.

Jadi talqin dzikir itu bukan hanya penting pada sakaratul maut saja. Karena jika hanya mengandalkan pada waktu akhir hayat, belum tentu dia mampu mengucapkan dzikrullah, karena bukanlah lisan yang bicara semata tetapi harus disertai hati dengan keimanannya.

- Advertisement -

“Talqin”, asal kata dari laqqana, yulaqqinu, talqiinan, artinya “Menuntun, atau tuntunan”. Dan merupakan peringatan/tuntunan guru kepada muridnya yang harus diikuti dengan seksama.

Dengan ditalqin dzikir kita akan dapat tuntunan/peringatan. Dengan dasar Firman الله swt. :

Artinya : Maka berilah peringatan, karena sesungguhnya perinagatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Adz-Dzariyyah : 55).

Manusia pertama yang menerima talqin dzikir ialah Nabi Adam a.s. Sebagaimana digariskan dalam Al-Qur’an :

فَتَلَقَّىٰٓ ءَادَمُ مِن رَّبِّهِۦ كَلِمَٰتٍ فَتَابَ عَلَيْهِ ۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلتَّوَّابُ ٱلرَّحِيمُ

Artinya : “Kemudian Adam ditalqin/diilhami beberapa kalimat oleh Tuhannya, lalu الله menerima taubatnya. Sesungguhnya الله Maha menerima toubat dan Penyayang”. (QS. Al-Baqarah :37).

Ilham itu kalimat Thayyibah Laa Ilaaha Illallaah yang diajarkan kepada Nabi Adam a.s. dipatuhinya. Sedangkan Nabi Muhammad saw. menerima talqin dzikir di Gua Hira’, sesuai dengan wahyu pertama surat Al-Alaq ayat 1-2 sebagai berikut :

ٱقْرَأْ بِٱسْمِ رَبِّكَ ٱلَّذِى خَلَقَ

خَلَقَ ٱلْإِنسَٰنَ مِنْ عَلَقٍ

Artinya : “Bacalah dengan menyebut nama Tuhan yang menciptakan! Yang menciptakan manusia dari segumpal darah”. (QS. Al-Alaq :1-2).

Diikrarkan dengan lisan, kemudian hati membenarkan dengan tawajjuh (menghadapkan) diri kita ke hadirat Ilahi Rabbi.

Maksud dan rencana itu tidak akan berhasil, manakala umat manusia tidak ditauhidkan, disatukan hati dan jiwanya dalam satu aqidah yang pantas dan berhak, tidak boleh ada tandingannya, apa dan siapapun yaitu الله SWT. الله memutuskan dan menetapkan, bahwa hanya Dia sendiri Zat yang harus di-ibadati, dimitoskan dan dikultuskan, tanpa ada tandingan apa atau siapapun. Dengan riset dan observasi yang cermat, teliti, bahwa Dzat Maha Akbar itu adalah Allah sendiri, sebagai Malikal Mulki dan sebagai Rabbu Ma’bud, dimana mendengar dan mentaati-Nya adalah mutlak.

Talqin itu peringatan guru kepada murid, sedang bai,at– yang juga dinamakan ‘ahad, adalah sanggup dan setia murid dihadapan gurunya untuk mengamalkan dan mengerjakan segala kebajikan yang diprintahkannya.

Banyak hadist yang menerangkan kejadi Nabi mengambil ‘ahad pada waktu membai’at sahabat-sahabatnya. Diriwayatkan oleh Ahmad r.a. dan Tabrani r.a. bahwa Rosullullah SAW. penah mentalqinkan sahabat-sahabatnya secara berombongan dan perseorangan.

Talqin berombongan pernah diceritakan oleh Syaddad bin “Aus r.a. : “Pada suatu ketika kami berada dekat Nabi SAW. Nabi SAW. bersabda” : Apakah ada diantaramu orang asing? maka jawab saya, tidak ada”. Lalu Rosulullah SAW. menyuruh menutup pintu dan berkata : “Angkat tanganmu dan ucapkanlah Laa Ilaaha Illallaah, seterusnya beliau berkata : “Segala puji bagi Allah wahai Tuhanku, Engkau telah mengutus aku dengan kalimat ini dan Engkau menjadikan dengan ucapannya kurnia syurga kepadaku dan bahwa Engkau tidak sekali-kali menyalahi janji”. Kemudian beliau berkata pula : “Belumkah aku memberi kabar gembira kepadamu bahwa Allah telah mengampuni bagimu semua?”.

Maka Rosulullah SAW, bersabda :

“Tidaklah ada segolongan manusiapun yang berkumpul dan melakukan dzikir dengan tidak ada niat lain melainkan untuk Tuhan semata, kecuali akan datang suara dari langit. Bangkitlah kamu semua, kamu sudah diampuni segala dosamu dan sudah ditukar kejahatannya yang lampau dengan kebajikan”.

Oleh karena itu الله berfirman :

إِنَّ ٱللَّهَ ٱشْتَرَىٰ مِنَ ٱلْمُؤْمِنِينَ أَنفُسَهُمْ وَأَمْوَٰلَهُم بِأَنَّ لَهُمُ ٱلْجَنَّةَ ۚ يُقَٰتِلُونَ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ فَيَقْتُلُونَ وَيُقْتَلُونَ ۖ وَعْدًا عَلَيْهِ حَقًّا فِى ٱلتَّوْرَىٰةِ وَٱلْإِنجِيلِ وَٱلْقُرْءَانِ ۚ وَمَنْ أَوْفَىٰ بِعَهْدِهِۦ مِنَ ٱللَّهِ ۚ فَٱسْتَبْشِرُوا۟ بِبَيْعِكُمُ ٱلَّذِى بَايَعْتُم بِهِۦ ۚ وَذَٰلِكَ هُوَ ٱلْفَوْزُ ٱلْعَظِيمُ

Artinya : ” Maka bergembiralah kami dengan bai’atmu yang telah kamu lakukan itu adalah kejayaan yang agung”. QS. At-Taubah : 111).

Tentang bai’at perseorangan pernah diceritakan oleh Yusuf Al-Kurani r.r. dan teman-temannya dengan sanad yang syah : “Bahwa syaidina “Ali k.w. bertanya kepada nabi : “Ya Rosulullah tunjukilah aku jalan yang sependek-pendeknya kepada Allah dan yang semudah-mudahnya dan yang paling utama dapat ditempuh oleh hambaNya pada sisi الله? Maka bersabdalah Rosulullah : “Hendaknya kamu lakukan dzikrullah yang kekal (dzikir dawam) dan ucapan yang paling utama pernah kulakukan dan dilakukan oleh Nabi-nabi sebelum aku, yaitu Laa Ilaaha Illallaah. Jika ditmbang tujuh petaka langit dan bumi dalam satu daun timbangan, dan kalimat Laa Ilaaha Illallaah dalam satu timbangan yang lainnya, maka akan lebih berat kalimat Laa Ilaaha Illallah dalam daun timbangan yang lain”.

Kemudian ia berkata : ” Wahai ‘Ali, tidak akan datang kiamat jika di atas muka bumi ini masi ada orang yang mengucapkan Laa Ilaaha Illallaah. Syaidina ‘Ali berkata : ” Bagaimana caranya aku berdzikir itu ya Rosullallah?. Nabi menjawab : ” Pejamkan kedua matumu dan dengankan aku mengucapkan tiga kali, kemudia engkau mengucapkan tiga kali pula, sedangkan aku mendengarkannya. Maka berkatalah Rosullullah Laa Ilaaha Illallaah tiga kali, sedangkan kedua mataku dipejamkan, dan suaranya dikeraskan, serta ‘Ali mendengarkannya. Kemudian ‘Ali mengucapkan Laa Ilaaha Illallaah tiga kali, dan Nabi mendengarkannya.

Demikian cara talqin dzikir yang disampaikan oleh ‘Ali bin Abi Thalib k.w. yang kemudian diterangkan, bahwa talqin dzikir hati yang bersifat bathiniyah, dilakukan dengan isbat tidak dengan nafi, yaitu dengan lafadz isim zat seperti yang difirmankan oleh Allah dalam Al-Quran :

قُلِ ٱللَّهُ ۖ ثُمَّ ذَرْهُمْ فِى خَوْضِهِمْ يَلْعَبُونَ

Artinya : ” Katakanlah “الله”, kemudian tinggalkanlah sifat mereka bermain-main didalam kesesatan. QS. An’Aam : 91).

Nabi memperingatkan syaiyyidina ‘Ali k.w. : “Wahai ‘Ali pejamkan matamu, katupkan dan lipatkan lidahmu, lalu sebut : “الله, الله”.

Inilah cara yang peranh dipelajari dan diambil Syaiyyidina Abu Bakar r.a.secara rahasia (mengisi perasaan) daripada Nabi, dan inilah dzikir yang boleh terhujam teguh sampai ke dalam hati. Karena inilah Nabi memuji Syaiyyidina Abu Bakar r.a. bukan karena banyak puasa dan shalat, tetapi karena sesuatu yang terhujamkan dalam hatinya.

Firman Allah dalam Al-Quran :

ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ ٱللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ ٱللَّهِ تَطْمَئِنُّ ٱلْقُلُوبُ

Artinya : “Dan mereka yang mempunyai iman yang teguh serta tetap tenang hatinya dengan dzikrullah, bukankah dzikrullah itu menenangkan dan menentramkan hati?”. QS. Ar-Ra’du :28).

Jalan atau Thariqah yang kedua macam ini tentang dzikir jahar dan khafi adalah pokok daripada seluruh Thariqah, kemudian tersiarlah dalam pencariannya dengan kurnia Tuhan Yang Maha Pemurah.

Cuplikan dari Kitab Miftahushshudur.

Share This Article
Leave a comment